Sonora.ID - Sejak beberapa tahun belakangan ini tren make up terus berkembang seiring dengan banyaknya konten mengenai bidang ini di berbagai media sosial, misalnya Youtube, dan Instagram. Akibatnya banyak orang yang mulai mengenal dan tertarik untuk menekuni bidang ini.
Tidak sedikit juga pecinta make up yang kemudian menjadikan hobinya sebagai usahanya. Lapangan pekerjaan baru pun tercipta akibat tren ini, baik sebagai make up artist (MuA), beauty influencer, dan berbagai profesi lainnya.
Baca Juga: Ingin Bisnis Makin Berkembang? Jangan Sepelekan Etika Bisnis Ini
Sama dengan yang dirasakan oleh Arienda, seorang make up artist yang awalnya memiliki hobi make up kemudian mulai memperdalam hobinya dengan mengikuti workshop beberapa make up artist senior, sampai akhirnya berani untuk menjadikan make up artist sebagai profesi.
Arienda juga menyatakan bahwa dalam memang dalam memulai bisnis di bidang kecantikan ini perlu memperhatikan beberapa hal. Misalnya, teknik make up, pemilihan alat make up, dan beberapa hal lain.
“Memang harga menentukan prestasi, memang saat pakai tools yang harganya lebih tinggi ya terasa bedanya,” jelas Arinda.
Baca Juga: Melihat Masa Depan Dunia Digital dengan Mengenalkan Teknologi ke Anak
Selain itu dalam menjalankan profesi sebagai make up artist, penting juga untuk menyesuaikan dengan tren atau selera segmentasi yang disasar.
Misalnya saja di Indonesia, biasanya klien lebih menyukai make up Thailand look.
“Di Indonesia, make up Korea itu sudah selesai tren-nya di 2018. Sekarang kita make up-nya sudah ke Thailand look. Kalau dilihat make up sekarang itu, udah mulai natural, lalu shimer-nya sudah enggak seheboh dulu, lalu juga tone-nya sudah mulai oranye, atau warna tembaga. Nah itu ternyata kiblatnya kepada make up Thailand,” jelas Arienda.
Baca Juga: Salah Penerapan Diet Vegan, Kulit Jaden Smith Berubah Jadi Abu-Abu
Akibat lain dari adanya tren ini adalah beberapa orang menjadikan make up sebagai hal yang penting dan harus dimiliki.
Namun, Arinda menyatakan bahwa penting atau tidaknya make up ini sangat bergantung dengan pekerjaan yang dijalani.
“Penting itu tergantung occasion dan pekerjaannya. Kalau misalnya pekerjaannya harus di pabrik, dan berhubungan dengan alat-alat berat, kenapa kamu harus make up-an? Kasian banget mukanya lebih baik pakai skin care saja. Tapi kalau kamu seorang PR, Sekretaris, atau Customer Relation harus ketemu client, kalau enggak makeup kan mewakili perusahaannya jadi harus terlihat baik,” jelas Arienda. (*)
Baca Juga: Yuk, Stop Stigma Negatif Kepada Para Korban Pelecehan Seksual