Sonora.ID - Selama ini banyak sekali pembahasan yang mengagung-agungkan kemajuan teknologi, namun pasti ada sisi negatif dari kemajuan teknologi tersebut. Sisi negatif itu mulai dirasakan belakangan ini.
Banyak perusahaan yang mulai memutus hubungan kerja karyawannya, karena perusahaan tersebut mulai tergerus dengan kemajuan dan perkembangan zaman.
Perusahaan dari berbagai bidang mengalami hal ini, mulai dari perusahaan media, usaha travel, sampai perusahaan besar perbankan.
Baca Juga: Pakar: Jangan Gunakan Teknologi untuk Konsumsi Saja, Investasi Juga
Pengusaha, Abrar Din Illyas menjelaskan bahwa memang teknologi sudah mulai menggeser beberapa bisnis. Termasuk financial technology atau yang disebut dengan fintek, sudah mulai menggeser peran bank.
“Beberapa pembahasan memang terlihat fintek ini bisa booming dan menghantui pelaku bisnis di bidang keuangan, itu salah satunya. Tapi dalam hal lain memang bisnis dunia sedang lesu, begitu juga di Indonesia,” jelas Abrar.
Bahkan perusahaan besar seperti department store pun memutus sebagian besar hubungan kerja karyawannya, dan mulai beralih ke platform digital.
Hal tersebut dilakukan karena perlu disadari memang dunia digital memiliki konsumen yang aktif, dan banyak. Sehingga tidak heran perusahaan mulai bergerak ke arah digital.
Baca Juga: Peran Teknologi Finansial dalam Literasi dan Inklusi Keuangan
Salah satu perusahaan besar yang baru-baru ini melakukan PHK besar adalah perusahaan HP yang mem-PHK 9.000 karyawannya.
“Sama seperti yang dikatakan oleh CEO Nokia, bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa-apa tapi memang perubahan yang begitu cepat yang tidak mereka antisipasi,” tambah Abrar.
Meski dinilai keputusan sepihak, namun perusahaan pun sebenarnya tidak berkehendak melakukan PHK. Latar belakang utama terjadinya PHK adalah perusahaan memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan.
Baca Juga: Wajah Lucu Keisya Levronka Bikin Juri Indonesian Idol Salah Fokus
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memotong pengeluaran, yaitu gaji karyawan, sehingga PHK pun terpaksa harus dilakukan untuk mempertahankan perusahaan.
“Dari sisi perusahaan pasti yang dilakukan pertama kali ada efisiensi, setelah itu gaji direksi dikurangi, dan pilihan terakhir baru PHK. Ya, artinya PHK itu bukan keinginan dari direksi atau perusahaan, tapi itu adalah konsekuensi dan opsi terakhir untuk mempertahankan perusahaan,” sambung Abrar.
Namun Abrar juga menjelaskan bahwa beberapa karyawan justru menilai PHK sebagai anugerah, karena kemudian bisa menjalankan bisnis yang sesuai dengan kemauannya.
Jadi, memiliki cara pandang yang positif adalah kunci bagi karyawan korban PHK, untuk kemudian mencari peluang pekerjaan lain.
Baca Juga: Sebelum Bunuh Diri, Sulli Sempat Live IG: Aku Bukan Orang Jahat