Ia mengklaim sebagai Khalifah-kepala negara dan teokratis mutlak raja-Negara Islam yang memproklamirkan diri terletak di Irak barat dan utara-timur Suriah.
Tahun 2011 tepatnya di tanggal 4 Oktober, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mencatat jika Al Baghdady sebagai Teroris Global Khusus yang ditetapkan dan mengumumkan hadiah hingga US$ 10 juta untuk informasi yang berkaitan dengan informasi yang mengarah pada penangkapan atau kematiannya.
Baca Juga: Ditinggal Suami, 5 Wanita Ini Justru Tajir Melintir karena Gono Gini
Namun seiring berjalannya waktu, telah ada beberapa informasi yang melaporkan kematian atau cedera dari Al Baghdady. Namun, tak satu pun yang telah diverifikasi secara pasti.
Berdasarkan yang di posting forum jihad pada juli 2013, Al Baghdady meraih gelar master dan PhD dalam studi Islam dari Universitas Islam Baghdad di pinggiran Adhamiya.
Dalam laporan, ia merupakan seorang ulama di Masjid Hanbal Ahmad ibn Imam di Samarra pada saat invasi pimpinan AS ke Irak tahun 2003.
Setelah Invasi AS ke Irak, Al Baghdady membantu mendirikan kelompok militan yang bernama Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l Jamaah (JJASJ), dan ia menjabat sebagai kepala kelompok komite syariah.
Al Baghdady bersama kelompoknya bergabung dengan Dewan Syuro Mujahidin (DSM) di tahun 2006, dan menjabat sebagai anggota komite syariah DSM.
DSM berganti nama menjadi Negara Islam Irak (ISI) di tahun 2006, dan Al Baghdady menjadi pengawas umum komite syariah ISI dan anggota dari kelompok dewan konsultatif senior.
Baca Juga: Bukan Mimpi, 2020 Masyarakat Indonesia dapat Menikmati Akses Internet