Sonora.ID - Fase menuju remaja adalah fase yang paling menantang baik bagi anak maupun orang tua, karena pada fase ini sang anak akan mengalami berbagai perubahan.
Menghadapi perubahan tersebut, peran orang tua sangat dibutuhkan agar karakter anak bisa terbentuk dengan baik, dan menjadi bekal di kemudian hari.
Dua modal yang harus ditanamkan dalam memasuki fase ini adalah critical thinking dan model didikan orang tua yang tepat.
Untuk itu, seorang tenaga pendidik, Anastasia menjelaskan bahwa ada tiga parenting style yang perlu diperhatikan dalam membentuk critical thinking pada anak.
Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Menghadapi Perubahan Fisik pada Remaja
Demokratis
Parenting Style ini adalah yang harusnya dimiliki oleh masing-masing orang tua untuk bisa memupuk karakter baik dalam diri sang anak.
Jenis didikan seperti ini mengembangkan critical thinking pada anak, sehingga anak akan lebih selektif dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan.
Caranya adalah orang tua harus bisa menjadi fasilitator saat anak mulai mengajukan berbagai pertanyaan.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan adanya komunikasi yang baik, positif, dan sesuai dengan perkembangan anak.
Baca Juga: Psikolog Anak: Orang Tua Jangan Ingin Hidup Dua Kali di Kehidupan Anak
Permisif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata permisif sendiri berarti bersifat terbuka. Meski terdengar positif, namun ternyata hal ini tidak sepenuhnya baik dalam metode pendidikan orang tua teradap anak.
Pasalnya pada jenis ini, orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh terhadap sang anak, bahkan sudah tidak ada lagi batasan.
Justru metode yang seperti ini akan menimbulkan kebingungan pada anak karena ia tidak tahu benar atau salahnya perbuatan yang dilakukannya.
“Di kemudian harinya, buat dia semua yang dilakukan adalah benar, karena memang tidak pernah ada batasannya,” tambah Anastasia.
Baca Juga: HAIM Ungkap Pertempuran Emosi dan Depresi dalam Lagu 'Now I'm In It'
Otoriter
Metode ini adalah kebalikan dari metode permisif, artinya orang tua justru penuh dengan aturan, batasan, dan hal-hal yang membuat anak tidak bisa berkreasi.
Bahkan metode jenis ini akan menghalangi sang anak untuk memiliki critical thinking.
Inilah yang memunculkan remaja dengan kebutuhan pengakuan eksistensi di luar rumah, karena saat di dalam rumah ia tidak mendapatkan waktu untuk bicara.
“Voice dan choice mereka tidak di dengar,” sambung Anastasia.
Pihaknya menjelaskan bahwa ketiga model parenting inilah yang akan menentukan arah risiko dan tantangan para remaja.
Baca Juga: Ramalan Shio 31 Oktober 2019: Shio Monyet Perhatikan Kualitas Anda