Menurutnya, PSSI hanya bisa menuntut kewajiban dari para caclon ketua umum. Namun, di sisi lain, Fary menilaiPSSI tidak mampu memenuhi kewajibannya sendiri.
"Janji PSSI tidak dipenuhi. Janji kalau sudah tidak ditepati bagaimana nanti hasil kongres ini," kata Fary.
Ia mengaku sudah empat kali mengikuti KLB PSSI, namun kali ini ia merasakan adanya perubahan yang dinilainya sangat janggal.
"Saya sudah empat kali ikut kongres, selalu budayanya sama. Kami hanya jadi pengantin tanpa ada hak suara untuk mempresentasikan konsep kami," kata dia.
Baca Juga: Bagus Kahfi Batal Direkrut Arsenal Hanya karena Ia dari Indonesia
Selain tidak adanya penyampaian visi misi, Fary juga menyoroti kejanggalan penetapan pemilik suara (voters) yang dinilai tidak jelas.
Ia menilai banyak voters yang tidak memiliki legitimasi. Fary menganggap besar kemungkinan hasil kongres akan mudah digugat dan ditolak pihak lain yang merasa KLB kali ini tidak sah.
"Tidak ada kepastian terhadap voters. FIFA sudah mempertanyakan jika kongres tanggal 2 (November), votersnya mana? Kompetisi belum rampung," ujar Fary.
"Ada 6 tim degradasi dan satu tim suspend, masa masih punya hak di pemilihan. Saya khawatir siapa pun yang terpilih tidak legitimate," tutup Fary.
Baca Juga: Tinjau Pembangunan Sirkuit Mandalika NTB, Bos MotoGP: Saya Puas