Sonora.ID - Komisaris Jenderal Mochamad Iriawan resmi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI.
Keputusan itu resmi diumumkan pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada Sabtu (2/11/2019).
KLB PSSI kali ini dinilai penuh dengan kejanggalan. Pasalnya dalam KLB PSSI kali ini tidak diadakan debat dan penyampaian visi misi masing-masing kandidat.
Bahkan, dari 10 calon ketua umum PSSI, tujuh di antaranya menyatakan mundur dari kongres. Ke tujuh kandidat itu adalah Bernard Limbong, Aven Hinelo, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, Sarman, Vijaya Fitriyasa, dan Yesayas.
Baca Juga: Sah! Mochamad Iriawan Didapuk sebagai Ketua Umum PSSI 2019-2023
Fary Djemy Francis menjelaskan ada dua hal yang janggal dari KLB PSSI kali ini. Yang pertama, tidak adanya debat dan penyampaian visi misi dari para caketum beberapa hari sebelum kongres.
Ia mengungkapkan, rencana pada awalnya debat dan penyampaian visi misi dari para kandidat ketua umum akan disiarkan di televisi nasional.
"PSSI berjanji untuk mempertemukan caketum, calon wakil ketua umum dan calon exco. Tapi apa yang terjadi? Batal dan pada hari ini ditetapkan kongres," ujar Fary di luar arena kongres.
Baca Juga: Korlantas Polri Luncurkan e-STNK Berisi Chip, Bisa Digunakan untuk Pembayaran
Menurutnya, PSSI hanya bisa menuntut kewajiban dari para caclon ketua umum. Namun, di sisi lain, Fary menilaiPSSI tidak mampu memenuhi kewajibannya sendiri.
"Janji PSSI tidak dipenuhi. Janji kalau sudah tidak ditepati bagaimana nanti hasil kongres ini," kata Fary.
Ia mengaku sudah empat kali mengikuti KLB PSSI, namun kali ini ia merasakan adanya perubahan yang dinilainya sangat janggal.
"Saya sudah empat kali ikut kongres, selalu budayanya sama. Kami hanya jadi pengantin tanpa ada hak suara untuk mempresentasikan konsep kami," kata dia.
Baca Juga: Bagus Kahfi Batal Direkrut Arsenal Hanya karena Ia dari Indonesia
Selain tidak adanya penyampaian visi misi, Fary juga menyoroti kejanggalan penetapan pemilik suara (voters) yang dinilai tidak jelas.
Ia menilai banyak voters yang tidak memiliki legitimasi. Fary menganggap besar kemungkinan hasil kongres akan mudah digugat dan ditolak pihak lain yang merasa KLB kali ini tidak sah.
"Tidak ada kepastian terhadap voters. FIFA sudah mempertanyakan jika kongres tanggal 2 (November), votersnya mana? Kompetisi belum rampung," ujar Fary.
"Ada 6 tim degradasi dan satu tim suspend, masa masih punya hak di pemilihan. Saya khawatir siapa pun yang terpilih tidak legitimate," tutup Fary.
Baca Juga: Tinjau Pembangunan Sirkuit Mandalika NTB, Bos MotoGP: Saya Puas