Sonora.ID - Tidak hanya hidup di masa yang sedang dijalani sekarang saja, sebagian besar manusia pun hidup dengan bayang-bayang masa lalu dan memiliki keterikatan dengan masa depannya.
Hal tersebut adalah suatu kondisi yang sangat wajar, apa lagi bagi mereka yang memang memiliki tekad dan ambisi yang kuat terhadap cita-citanya di masa yang akan datang.
Namun hal yang berbeda disampaikan oleh Tutut Handayani seorang konselor dari Matahari Consulting. Pihaknya menjelaskan bahwa yang terpenting adalah bagaimana seseorang bisa hidup at the moment.
Baca Juga: Mau Hidup Selalu Bahagia? Ikuti 5 Tips Sederhana Ini Menurut Ahli
Hidup at the moment adalah ketika seseorang menghargai apa yang sedang dilakukannya dan fokus dengan apa yang sedang dijalaninya.
Karena ketika seseorang hanya fokus pada masa yang akan datang atau sesuatu yang belum tentu terjadi, maka aka nada ekspektasi yang terbentuk, dan bisa jadi akan merusak masa depan itu sendiri.
“Kita harus siap dengan segala sesuatunya. Apapun yang kita rencanakan bisa kita lakukan, tetapi yang paling penting adalah kita menyadari bahwa bukan tanggung jawab kita, bukan kekuatan kita untuk menentukan hasilnya,” jelas Tutut.
Baca Juga: Pentingnya Afirmasi dan Visualisasi dalam Kebahagiaan dan Kesuksesan
Tutut juga menegaskan bahwa hidup at the moment, bukanlah hidup tanpa tujuan atau masa depan. Ada perbedaan mendasar yang penting antara hidup at the moment dengan hidup pasrah atau ‘masa bodo’.
Cara hidup at the moment yang dimaksudkan adalah ketika seseorang memiliki rencana hidup, kemudian menghidupi rencana tersebut dengan melakukan yang terbaik dengan apa yang sedang dijalaninya.
“Tapi kalau at the moment kita melakukan sesuatu, bedanya ada upaya di dalamnya, ada aksi. Yang paling gampang adalah ketika saya ada di sini ya pikiran saya ada di sini saat ini, saya enggak bisa mikir yang di rumah bagaimana, pekerjaan saya gimana ya,” sambung Tutut.
Baca Juga: Pemerintah Wacanakan Ojek Online Jadi Transportasi Umum di Indonesia!
Kondisi seperti inilah yang kemudian berbuah pada perasaan atau cara hidup yang tidak bisa dinikmati oleh pribadi itu sendiri.
Hidup di masa depan menimbulkan kegelihasan atau kecemasan tersendiri yang akan dirasakan setiap saat, karena takut ekspektasi yang sudah terbentuk tidak bisa terwujud dengan baik.
Sama halnya dengan masa lalu, hidup di masa lalu terkadang menimbulkan perasaan merasa bersalah, penyesalan, dan sebagainya.
“Itu kan sudah mengikat dalam situasi yang membuat kita tidak nyaman. Dan ketidaknyamanan bukanlah suatu bentuk kebahagiaan. Nah kebahagiaan itu adalah ketika kita nyaman dalam situasi dan kondisi apapun,” tutup Tutut.
Baca Juga: Berikut Efek Samping dari Pemberian Oli Gardan yang Berlebihan!