Dilansir dari berbagai sumber, Tito pernah berkunjung ke Beijing pada tahun 1998 dalam sebuah studi banding.
Tito mengatakan, pada saat itu, penduduk Beijing masih menggunakan moda transportasi sepeda dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kampung kumuh dan sungai kotor berada di mana-mana.
Baca Juga: Deretan Rektor Termuda di Indonesia, dari Risa Santoso Hingga Anies Baswedan
Tito menegaskan bahwa ada pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Sebab mulai ada keraguan terhadap sistem di negara-negara demokrasi.
Menurutnya, paradoks demokrasi muncul karena negara demokrasi mengalami stagnasi. Sementara negara nondemokrasi seperti China sedang mengalami lompatan-lompatan dalam urusan ekonomi dan militer.
"Ini tantangan bagi kita, kalau kita bisa membuktikan, maka masyarakat akan melihat demokrasi jadi baik. Tapi kalau kesejahteraan tidak bisa dibangun di atas sistem demokrasi, maka masyarakat akan mencari alternatif yang lain. Makanya muncul tawaran khilafah, tawaran kembali ke sistem semi-otoriter, itu muncul," tutupnya.
Baca Juga: Setelah Ahok, Kini Anies Baswedan Tantang Menteri Keuangan dan Mendagri!