Sedangkan pada tahun 2006 – 2007, pemetaan dilakukan pada Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat.
Terkait dengan namanya yang unik, jelas nama tersebut bukanlah berasal dari Indonesia, melainkan dari penjajah asal Belanda.
Bernama lengkap Hendrikus Albertus Lorentz, penjajah ini perlalu melewati daerah tersebut pada tahun 1909. Pada saat itu dirinya sedang melakukan ekspedisinya yang kesepuluh di taman nasional ini.
Baca Juga: Banda Aceh Dihebohkan Dengan Pria Tidak Berbusana di Google Maps
Selain memiliki fauna dan flora yang tidak dimiliki oleh tempat lain, taman nasional yang satu ini pun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang dengan keanekaragaman budaya yang juga mengagumkan.
Diperkirakan budaya yang berkembang di Taman Nasional Lorentz sudah berumur sekitar 30ribu tahun, dan merupakan kediaman beberapa suku di sana.
Salah satunya adalah suku Asmat yang terkenal dengan keterampilannya dalam memahat patung karena suku ini identik dengan hutan atau pohon.
Suka ini memiliki sistem masyarakat yang menghormati pohon, sungai, gunung, dan berbagai beda alam lainnya.
Baca Juga: Hari Disabilitas Internasional, Ini Rangkaian Kegiatan Kemensos RI