Sonora.ID - Dalam sebuah kehidupan berumah tangga, beda pendapat hingga terjadinya pertengkaran antara ayah dan ibu memang umum terjadi. Terkadang, pertengkaran sekecil apa pun tidak bisa disembunyikan di hadapan buah hati.
Tahukah Anda, hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada anak?
Lantas, trauma apa yang dapat muncul dan bagaimana cara mengatasinya?
Baca Juga: Viral Video Istri Pukuli Suami yang Mengidap Stroke, Polisi: Korban Trauma
Tanda anak mengalami trauma
Hertha Christabelle Hambalie selaku Ahli Psikolog menjelaskan bahwa setiap anak memiliki reaksi yang berbeda, namun pada umumnya Anda bisa melihat perbedaan perilaku anak setelah kejadian orang tua bertengkar.
Contohnya, sikap anak menjadi takut kepada ibunya atau ayahnya, atau bisa juga menghindar dari kedua orangtuanya.
Tidak hanya itu, anak yang trauma karena pertengkaran kedua orang tuanya juga akan sering murung, banyak menyendiri, dan suka menangis.
Baca Juga: Stop, Jangan Lagi Bonceng Anak Kecil di Jok Depan Motor, Ini Alasanya
Seorang anak akan dapat dengan mudah belajar dan merekam semua hal yang ia lihatdan dengar, termasuk pertengkaran orang tuanya. Maka itu, sebisa mungkin pertengkaran di depan anak harus dihindari.
Menjelaskan pertengkaran pada anak
Hertha mengatakan, jika pertengkaran tidak bisa dihindari dan terlihat oleh buah hati Anda, sebaiknya Anda dan pasangan segera memberikan ia pengertian. Jelaskan pada anak apa yang baru saja terjadi, agar ia tidak merasa tertekan bahkan sedih.
Penjelasan tentang apa itu bertengkar perlu disesuaikan dengan usia anak. Misalnya pada anak usia TK (4-6 tahun), Anda bisa jelaskan dengan kalimat yang ringan.
Jelaskan juga, dengan bertengkar ibu dan ayah jadi paham apa yang disukai dan tidak disukai, seperti si kecil dan temannya di sekolah. Katakan juga bahwa ibu dan ayah akan belajar agar bersikap lebih baik nantinya.
Baca Juga: Viral Video Ibu Marahi Anaknya Karena Ranking 3, Ini Dampak Negatifnya
Sedangkan jika bertengkar di depan anak yang berusia remaja, orangtua bisa menjelaskan dengan jujur. Jelaskan bahwa setiap orang punya perbedaan pendapat, termasuk ibu dan ayah.
Tidak lupa, jelaskan juga bahwa meskipun bertengkar, Anda dan pasangan sedang berusaha atau sudah menyelesaikan masalah beda pendapat tersebut. Arti bertengkar di depan anak remaja bisa dijelaskan sebagai proses belajar mengenal antara ayah dan ibu sembari memperbaiki diri.
Penjelasan yang jujur pada anak usia remaja ke atas penting dilakukan. Ini perlu dilakukan agar anak paham kondisi orang tua dan merasa dipercaya dan dilibatkan dalam keluarga.
Baca Juga: 5 Perilaku Alami Anak Berikut Menandakan Tingkat Kecerdasan Sang Anak
Akibat trauma yang dibiarkan
Trauma akan menyebabkan anak dipenuhi rasa ketakutan dan kecemasan akibat sering melihat orangtuanya bertengkar. Rasa takut dan cemas ini dapat mengganggu kegiatan di sekolah, pertemanan atau kehidupan sosialnya, bahkan memengaruhi aktivitasnya sehari-hari.
Anak juga dapat menilai hubungan pernikahan sebagai hal yang negatif atau tidak menyenangkan. Bahkan anak dapat merasa tidak nyaman di rumah dan mengalihkan rasa trauma tersebut ke pergaulan atau hal negatif.
Membiarkan trauma anak dapat membuat perasaan anak jadi tertekan, lalu mengarah ke depresi, dan sampai bisa melukai dirinya sendiri.
Baca Juga: Pentingnya Peran Orang Tua dan Guru Bagi Anak di Era Digital