Sonora.ID - Maszlee Malik memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan Malaysia pada Jumat (3/1/2020) lalu.
Dilansir dari Channel NewsAsia, hal itu dilakukan Maszlee Malik diduga karena kebijakannya dikritik ahabis-habisan sejak ditunjuk oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
"Setelah memberi tahun Dr. Mahathir, saya, Maszlee Malik dengan berat hati mengembalikan jabatan menteri pendidikan kepada perdana menteri," kata Malik dalam jumpa pers di Putrajaya, sesuai dikutip Channel NewsAsia, Sabtu (4/1/2020).
Baca Juga: Bukan Mi Instan atau Pakaian Bekas, Ini Barang Penting untuk Berdonasi
Kebijakan itu dinilai banyak menuai kontroversi karena dianggap fokusnya mudah terpecah akibat berbagai masalah dan gagal menetapkan standar pendidikan. Bahkan, muncul petisi online yang dibuat warga Malaysia untuk mendesak Malik mundur.
Salah satu kebijakan yang dikritik warga adalah mengimbau supaya para pelajar mengenakan sepatu warna hitam ketimbang putih supaya tidak kelihatan cepat kotor. Akibat hal itu dia dijuluki 'Menteri Sepatu'.
Baca Juga: Maestro Jaipongan, Gugum Gumbira Meninggal Dunia di Usia 74 Tahun
Pada September 2018 Malik ditunjuk sebagai Presiden Universitas Islam Internasional Malaysia. Namun, dia didemo habis-habisan karena dianggap akan menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk meredam kritik dari mahasiswa.
Dengan demikian, Malik memutuskan untuk melepas jabatan itu pada bulan November lalu.
Selain kebijakan sepatu, kebijakan lainnya yang menuai kontroversi ialah ia menganjurkan para pelajar berenang di hotel dan menerapkan transaksi non-tunai di sekolah.
Baca Juga: Turun ke Pengungsian, Tito Karvaian Sebut Butuh Lebih Banyak Pasokan Alat Berat dan Penyedot Air
Malik menyatakan memiliki versi lain alasan pemicu dia mengundurkan diri. Menurut dia kebijakannya yang dipermasalahkan adalah ketika dia menganjurkan para pelajar mempelajari naskah Jawi, dan program sarapan gratis di sekolah.
Akan tetapi, Malik menganggap kebijakannya selama ini sudah cukup baik. Dia mencontohkan sudah mengurangi beban kerja guru yang dianggap tidak penting, dan mempromosikan gerakan Malaysia Membaca untuk mengunggah minat baca. Dia juga meninjau ulang Undang-Undang Pendidikan untuk mewajibkan pendidikan menengah.