Sonora.ID - Tensi memanas antara Amerika Serikat dengan negara Iran sudah terjadi dalam jangka waktu beberapa hari bahkan minggu ini.
Setelah fakta yang menunjukkan bahwa Presiden AS, Donlad Trump memerintahkan pasukannya untuk membunuh Jenderal Iran, Iran pun tak tinggal diam.
Namun, belakangan ini terungkap bahwa ternyata pasukan militer Amerika Serikat tersebut awalnya tidak menargetkan Qasem Soleimani sebagai target utama mereka.
Dikutip dari Associated Press, awalnya mereka hendak membunuh Komandan Iran, Abdul Reza Shahlai yang menduduki jabatan sebagai komandan tingkat atas di Garda Revolusi Iran.
Baca Juga: Sosok Esmail Qaani yang Jadi Jenderal Baru Pasukan Quds Iran
Sejauh ini belum ada keterangan terkait alasan mengapa misi pembunuhan terhadap Abdul Reza Shahlai itu gagal.
Meski pada awalnya pihak komandan tersebut yang dijadikan sebagai sasaran utama, namun rencana tersebut gagal, dan akhirnya pasukan Trump menggeser sasaran mereka kepada Jenderal Iran.
Akibat pergeseran rencana tersebut, salah satu jenderal kebesaran negara Iran tersebut tewas di Bandara Internasional Irak akibat bom dari militer Amerika Serikat.
Walau pasukan Amerika Serikat harus mengganti rencana mereka, namun aksi pembunuhan yang mereka lakukan tetap bertujuan sama.
Baca Juga: Setelah Kematian Jenderal Iran, Trump Ancam Hancurkan 52 Lokasi di Iran
Tujuannya adalah untuk melumpuhkan angkatan bersenjata Quds milik Iran, yang dianggap sebagai organisasi teror bagi Amerika Serikat.
Akibat pembunuhan yang terjadi pada 3 Januari 2020 tersebut, Jenderal Iran harus tewas dan aksi tersebut menyulut emosi masyarakat Iran.
Bagaimana tidak? Soleimani adalah salah satu tokoh besar di negara tersebut yang mendapatkan respect dari pasukan dan warganya.
Beberapa saat setelah kejadian tersebut, Trump menyatakan alasan dibalik pembunuhan yang terjadi atas perintahnya itu.
Baca Juga: Trump: Saya Memerintahkan Pembunuhan Jenderal Iran untuk Menghentikan Perang
Pihaknya menyatakan bahwa aksi itu dilakukan sebagai aksi membela diri, karena banyak pejabat diplomatik dan militer Amerika Serikat di Timur Tengah yang merasa terancam.
Usaha ini bukanlah aksi pertama yang dilakukan oleh Trump demi melindungi pihaknya dari Garda Revolusi Iran.
Pasalnya pada bulan lalu, atau tepatnya sekitar awal Desember 2019, Depertemen Luar Negeri AS, menawarkan hadiah sebesar USD 15 juta.
Sayembara tersebut digelar bagi siapa saja yang bisa mengacaukan pendanaan pasukan Garda Revolusi Iran, termasuk Shahlai yang dianggap sebagai kunci organisasi tersebut.
Baca Juga: Jenderal Iran Tewas karena Serangan AS, Timur Tengah Akan Perang?