Sonora.ID - Seorang Anak Buah Kapal (ABK) asal Enrekang, Sulawesi Selatan Muhammad Alfatah meninggal dunia saat sedang tugas melaut di atas kapal.
Jasadnya pun terpaksa harus dibuang ke laut pada 27 Desember 2019 lalu.
Pihak keluarga dari Alfatah pun akhirnya angkat bicara, mereka berharap jenazah Alfatah bisa dibawa pulang ke kampung halamannya.
"Kami sangat ingin melihat jenazahnya, tapi mungkin itu sudah hal yang mustahil," ungkap Rasyid, kakak kandung Alfatah seperti dikutip Tribun Timur.
Baca Juga: Ini Alasan Jenazah Alfatah Pelaut Asal Sulsel Dibuang di Laut Samudera Pasifik
Alfatah dikabarkan meninggal dunia karena sakit saat melaut.
Saat ditanyai, Rasyid tak ingin berspekulasi lebih dalam mengenai kebenaran penyebab kematian adiknya tersebut.
"Kami tidak ingin berpikir macam-macam terkait penyebab kematiannya, karena sudah diikhlaskan," katanya.
Saat mendengar kabar tersebut, keluarga langsung menggelar salat gaib di kampung halaman untuk mendoakan almarhum.
Alfatah yang merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara pasangan Hardin dan Rali’.
Almarhum dan keluarga terakhir kali berkomunikasi sekitar setahun yang lalu.
"Terakhir komunikasi setahun lalu, saat ini dia (Alfatah) masih di Hong Kong, pas di bandara menuju Korea dia sempat nelepon, dan setelah itu tidak pernah ada kabar lagi," ujarnya.
Baca Juga: Sang Ibu Mengidap Tumor Otak, Taylor Swift Akan Batasi Jumlah Tur
Pihak keluarga baru mengetahui kabar Alfatah meninggal dalam tugasnya setelah melihat unggahan yang viral di media sosial.
Rasyid melihat sebuah foto yang sangat mirip dengan adiknya. Ia juga membaca jika ABK tersebut dibuang ke tengah laut.
Tak berselang lama, pihak keluarga menerima sepucuk surat dari pihak terkait mengenai kabar kematian Alfatah.
Baca Juga: Mami Soleh Si Pedofil Sesama Jenis Ternyata Memiliki Kedai Kopi Sebagai Tameng
"Pas viral bersamaan itu ada surat datang," ujar Rasyid.
Diberitakan sebelumnya, Alfatah meninggal setelah mengalami sakit saat sedang perjalanan melaut di tanggal 18 Desember 2019 lalu.
Dalam surat dari Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI, Alfatah mengalami sakit bengkak-bengkak di wajah dan kaki, nyeri di dada dan napas pendek.
Kapten kapal sempat memberikan obat kepada Alfatah, namun kondisinya justru semakin parah.
Jenazah Alfatah terpaksa harus dibuang ke lautan karena jarak antara laut dan daratan masih sangat jauh dan yang paling dikhawatirkan adanya penyakit menular yang bisa menjangkit kru kapal lainnya.
Baca Juga: Sama dengan Reyhnard, Bujang Lapuk di Tulungagung Tega Cabuli Belasan Anak Dibawah Umur