Sonora.ID - Menjadi salah satu destinasi wisata yang masuk pada kategori Destinasi Super Premium, Labuan Bajo memang menyimpan keindahan alam Indonesia yang membuat penggunjungnya berdecak kagum.
Salah satu bagian dari destinasi utama pada wisata Labuan Bajo adalah Pulau Komodo, khususnya Taman Nasional Komodo.
Seperti namanya, pada wisata yang satu ini pengunjung akan berinteraksi dekat dengan hewan langka tersebut dan melihat langsung kehidupan mereka secara bebas.
Baca Juga: Kapal Rombongan Kunker Jokowi Terbalik di Perairan Labuan Bajo
Namun, ada cerita miris di balik indahnya destinasi yang bahkan dikatakan sebagai Destinasi Super Premium, khususnya Pulau Komodo.
Hal miris tersebut diungkapkan langsung oleh salah satu tokoh pemuda yang memang aktif di pulau tersebut.
Sebelum menceritakan tentang kegelisahan yang ia dan warga sekitar hadapi, pihaknya sempat memberikan apresiasi terlebih dahulu kepada langkah yang dilakukan oleh Presiden Jokowi beserta jajarannya.
Sayangnya, hal tersebut kemudian melupakan satu aspek yang tak kalah pentingnya yang seharusnya bisa diperbaiki.
Baca Juga: Statement Gubernur NTT Soal Larangan ke Labuan Bajo Bagi Wisatawan Miskin, Ini Maksudnya
Pihaknya menyatakan bahwa di Pulau Komodo tidak ada sekolah pada tahap SMA, yang ada hanyalah SD dan SMP.
Jika warga yang tinggal di Pulau Komodo akan meneruskan pendidikan mereka ke jenjang SMA, maka mereka harus keluar dari pulau tersebut.
Warga yang berniat meneruskan pendidikan pada tahap SMA harus ke Labuan Bajo, ke kota besarnya, dan ongkos untuk menuju SMA tersebut bisa terbilang mahal.
Karena tidak memungkinkan untuk pulang-pergi setiap hari, maka orang tua yang memiliki anak yang bersekolah di Labuan Bajo harus mempersiapkan uang yang tidak sedikit.
Baca Juga: USBN 2020 Resmi Dihapus, Sekolah Akan Buat Soal Sendiri untuk Siswa
Mereka harus menyiapkan uang sekolah yang biayanya pun berbeda dengan di Pulau Komodo, biaya hidup di sana, sewa kost, hingga hal-hal lain yang dibutuhkan oleh siswa SMA.
Karena hal tersebut, akhirnya sebagian besar pendidikan masyarakat di Pulau Komodo hanya berakhir pada tahap SMP.
Bagaimana setelahnya? Setelahnya mereka melanjutkan hidup dengan ikut bekerja bersama dengan orang tuanya, baik menjadi nelayan atau membantu pihak wisata seperti petugas di kapal.
Momen pembangunan untuk wisata Labuan Bajo ini kemudian dijadikan momentum yang tepat untuk mengungkapkan banyaknya fasilitas yang penting namun belum tersedia di Pulau Komodo ini.
Baca Juga: Seorang Siswi Putus Sekolah Setelah Diteriaki 'Lonte' Oleh Gurunya