Jadi, apa yang terjadi pada hubungan orang tua dengan anak adalah cerminan dari apa yang sudah orang tua lakukan pada anak secara sadar atau tidak sadar.
“Tiba-tiba orang tua someday enggak ingat bahwa sebenarnya dia lah yang membangun ‘aplikasi’ di otak anaknya,” sambung Titik.
Bahkan konflik juga masih sering terjadi ketika anak sudah beranjak dewasa, sebabnya pun sama, karena anak tersebut tidak di-setting sejak kecil untuk melakukan hal yang memang sudah menjadi kewajibannya di keluarga.
Baca Juga: Melihat Masa Depan Dunia Digital dengan Mengenalkan Teknologi ke Anak
Sehingga pada saat orang tua meminta anak untuk mengerjakan hal tersebut, anak merasa bahwa itu bukanlah tanggung jawabnya.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik antara orang tua dengan anak adalah adanya perbedaan pendapat, asumsi, dan ekspektasi yang secara sadar atau tidak sadar hal tersebut sudah dipupuk sejak kecil.
Adanya kebiasaan sejak kecil yang dianggap sepele, kemudian terus dipupuk sehingga menyebabkan perbedaan pandangan di masa yang akan datang.
Pemahaman tentang mana yang penting dan tidak penting, sopan dan tidak sopan, kewajiban atau bukan, pun menjadi hal yang harus dipahami sejak kecil.
Baca Juga: Psikolog Anak: Orang Tua Jangan Ingin Hidup Dua Kali di Kehidupan Anak