“Lama-lama seperti dinosaurus, punah, atau yang paling gawat tidak ada koneksi antara orang tua dengan anak. Koneksi itu tidak kelihatan, tapi dampaknya besar,” tambah Titik.
Pihaknya juga menekankan bahwa sebagai orang tua harus bisa lebih mengerti apa yang terjadi di dalam dirinya sebelum nantinya mengerti diri sendiri.
“Kalau konfliknya sedang terjadi, kita ambil nafas dulu deh enam detik, maksudnya itu agar kita berhenti untuk membesarkan persepsi yang bukan yang nyatanya,” ungkap Titik.
Baca Juga: 4 Tipe Manusia, Manakah yang Paling Baik untuk Mencapai Tujuan?
Pada momen ini lah waktu yang tepat bagi orang tua untuk bisa masuk dalam dirinya dan mengevaluasi apa penyebab yang membuat mereka marah dan sebab di baliknya.
Ketika semua sudah clear baru orang tua bisa membangun koneksi lagi dengan anak dengan melakukan negosiasi atas konflik yang baru saja terjadi agar tidak terjadi untuk kedua kalinya.
Ini lah saat di mana konflik bisa menjadi kerja sama yang baik antara orang tua dan anak dalam keluarga.
Baca Juga: Psikolog Anak: Orang Tua Jangan Ingin Hidup Dua Kali di Kehidupan Anak