Sonora.ID - Konflik dalam hubungan orang tua dengan anak adalah hal yang biasa terjadi, dan tak jarang konflik ini menyebabkan hubungan yang justru tidak nyaman antara keduanya.
Life Coach, Titik Setiati menjelaskan bahwa asal muasal dari konflik di keluarga khususnya anak dengan orang tua adalah karena adanya perbedaan pendapat, asumsi, dan ekspektasi.
Namun, pihaknya juga menjelaskan bahwa baik orang tua maupun anak tidak perlu khawatir mengenai hubungannya dengan anggota keluarga, karena konflik tersebut bisa diubah menjadi kerja sama.
Cara utama yang bisa dilakukan untuk mengubah hal negatif menjadi kerja sama adalah dengan memanfaatkan waktu konflik untuk mengevaluasi diri.
Baca Juga: Ketahui Dampak Negatif Bagi Anak yang Orang Tuanya Sering Bertengkar
Orang tua perlu untuk menarik diri kebelakang atau memiliki waktu sendiri untuk kemudian bisa mengevaluasi diri dengan pikiran yang jernih dan tenang.
Karena biasanya konflik tersebut timbul karena orang tua lah yang dengan tidak sadar menanamkan nilai tertentu yang kemudian menjadi masalah di masa yang akan datang.
Di sisi lain, orang tua harus dengan terbuka mempelajari perubahan digital yang dikuasai oleh sang anak, karena jika tidak orang tua akan ‘punah’ perannya, tergantikan dengan teknologi.
Baca Juga: Pentingnya Peran Orang Tua dan Guru Bagi Anak di Era Digital
“Lama-lama seperti dinosaurus, punah, atau yang paling gawat tidak ada koneksi antara orang tua dengan anak. Koneksi itu tidak kelihatan, tapi dampaknya besar,” tambah Titik.
Pihaknya juga menekankan bahwa sebagai orang tua harus bisa lebih mengerti apa yang terjadi di dalam dirinya sebelum nantinya mengerti diri sendiri.
“Kalau konfliknya sedang terjadi, kita ambil nafas dulu deh enam detik, maksudnya itu agar kita berhenti untuk membesarkan persepsi yang bukan yang nyatanya,” ungkap Titik.
Baca Juga: 4 Tipe Manusia, Manakah yang Paling Baik untuk Mencapai Tujuan?
Pada momen ini lah waktu yang tepat bagi orang tua untuk bisa masuk dalam dirinya dan mengevaluasi apa penyebab yang membuat mereka marah dan sebab di baliknya.
Ketika semua sudah clear baru orang tua bisa membangun koneksi lagi dengan anak dengan melakukan negosiasi atas konflik yang baru saja terjadi agar tidak terjadi untuk kedua kalinya.
Ini lah saat di mana konflik bisa menjadi kerja sama yang baik antara orang tua dan anak dalam keluarga.
Baca Juga: Psikolog Anak: Orang Tua Jangan Ingin Hidup Dua Kali di Kehidupan Anak