Komunikasi dan aturan yang jelas
Hubungan BDSM melibatkan komunikasi dan aturan yang jelas. Tak jarang, pasangan yang menjalani BDSM bahkan memiliki aturan hitam di atas putih yang ditandatangani. Aturan inilah yang membuat praktik BDSM menjadi aman, sekalipun melibatkan aksi yang terkesan sadis.
BDSM dan kekerasan seksual amat berbeda karena pihak dominan maupun submisif sama-sama berhak mengutarakan keinginannya. Si submisif berhak ikut bernegosiasi saat menyusun aturan. Ia berhak menolak kegiatan seksual apa pun yang tidak disukainya atau membuatnya tidak nyaman.
Sementara itu, kekerasan seksual adalah tindakan tanpa aturan, negosiasi, ataupun komunikasi. Korban tidak berada dalam situasi yang aman dan nyaman, sebab tidak ada batasan maupun negosiasi sejak awal selayaknya hubungan BDSM.
Baca Juga: Ketahui Definisi Orientasi Seksual dan Jenis-jenis Orientasi Seksual
Tujuan dari tindakan
BDSM bertujuan untuk menyenangkan kedua pihak. Sang submisif memang menerima perilaku sadis, rasa sakit, dan direndahkan oleh sang dominan. Akan tetapi, semua itu dilakukan dalam situasi yang terkendali dengan memerhatikan kenyamanan si submisif.
Melalui perlakuan tersebut, pihak dominan dan submisif sama-sama membangun ikatan batin dan kepercayaan antara satu sama lain. Mereka juga saling menunjukkan rasa menghargai dengan caranya tersendiri.
Berbeda dengan BDSM, kekerasan seksual tidak melibatkan keamanan, rasa percaya, dan rasa menghargai pasangan. Pelaku melakukan tindakannya untuk menakut-nakuti, meneror, dan menunjukkan kepada korban bahwa ia memiliki kekuasaan.
Baca Juga: Empat Jenis Penyimpangan Seksual Menurut RUU Ketahanan Keluarga