"Jokowi ingin tinggalkan legacy, belum ada yang bisa ia tinggalkan, satu-satunya yang bakal dibanggakan adalah pemindahan Ibu Kota," papar Rocky Gerung.
"Nah dalam kecemasan itu bisa postur politik Pak Jokowi drop, turun," lanjut Rocky Gerung.
Rocky Gerung melihat survei yang dilakukan Indo Barometer tidak berbobot lantaran survei tersebut tidak menilai dari segi substensi namun lebih kepada personal.
"Kalau di survei elektabilitas pasti enggak ada gunanya kan apalagi udah enggak ada periode kedua," kata Rocky Gerung.
"Kalau di survei soal ekonomi sudah pasti hancur itu, di survei demokrasi sudah pasti hancur makanya disurvei hal-hal yang personal."
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Pemerintahan Jokowi Tak Sampai 2024, Ini Penjelasannya
"Jadi ini semacam survei infotainment di bidang politik bahwa Pak Jokowi lebih hebat dari Bung Karno," lanjutnya.
Ia heran dengan survei tersebut. Rocky Gerung menilai sosok bapak proklamasi itu tidak bisa tergantikan di hati masyarakat Indonesia.
"Itu nalarnya bagaimana itu? Bung Karno itu dari tahun 45 tidak pernah hilang dari memori publik," kata Rocky Gerung.
"Bung Karno menulis tiga jilid buku revolusi, Bung Karno paham tentang sejarah seni semua orang ngerti siapa Bung Karno."
"Ya karena itu, kenapa Jokowi populer mungkin karena hal-hal yang bertolak belakang dengan Bung Karno."
"Jadi dia populer karena tidak bisa menyamai Bung Karno begitu," ucapnya.
Rocky Gerung mengibaratkan hasil survei Indo Barometer, layaknya membandingkan Donald Trump yang sarat akan kontroversi dengan Abraham Lincoln yang telah mengubah Amerika Serikat begitu hebatnya, di antaranya adalah menghapus perbudakan.