PALEMBANG, Sonora.ID - Terhitung sejak 18 hari Indonesia secara resmi mengumumkan kasus pertamanya terhadap virus corona, kini perlahan perekonomian dari beberapa sektor di Indonesia melemah.
Bahkan dengan adanya virus corona ini ikut mempengaruhi pergerakan yang ada di sektor Bursa Efek Idonesia.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumsel Hari Mulyono mengatakan bahwa saat ini para investor sedang mengkalkulasi seberapa besar dampak virus corona terhadap ekonomi.
Baca Juga: Bisnis Kopi Sumsel Menjanjikan Kok, Asal Anda Lakukan Hal Ini
Hal ini bisa dikatakan sebagai hal yang wajar, karena para investor berusaha mengamankan posisi cash mereka.
Namun apapun yang dilakukan yang terpenting bagaimana investor bersikap tenang dan wajar serta fokus memperhatikan saham saham yang mereka miliki apakah berdampak sangat negative dari wabah ini.
Hari Mulyono menilai bahwa hal tersebut wajar karena investor akan mencari aset financial yang lebih kuat dan mampu bertahan.
Baca Juga: Kapan Waktu Yang Tepat Mengajukan dan Memiliki Kartu Kredit?
Selain itu juga memiliki tingkat pengembalian yang kuat ketika kondisinya sudah menemukan keseimbangan yang baru.
Berapa besar penurunan rupiah terhadap dolar kembali kepada kondisi ekonomi, kita lihat sampai akhir maret seperti apa efek dari corona ini.
Menurut Hari Mulyono protokol yang digunakan saat ini dalam perdagangan bursa adalah protokol yang berkaitan dengan situasi yang berhubungan dengan penurunan IHSG yang sangat tajam dalam satu hari bursa yang sama.
Protokol ini sudah berjalan dan protokol lain yaitu memberi ketenangan kepada investor yaitu asimetris auto reject.
Baca Juga: Cara Hitung Pajak Impor E-Commerce yang Berlaku sejak 30 Januari 2020
Hari menghimbau agar para investor tetap tenang dan memperhatikan lebih lanjut pada saham saham yang dimiliki dan bersifat rasional.
Selain itu juga dengan mengukur serta mengenali model bisnis perusahaan disetiap saham yang dipegang sehingga memberikan ketenangan serta dapat membuat strategi baru.
Banyak acuan, bisa dilihat pada 1998, ini krisis financial, sekarang krisis human jauh lebih berat sebenarnya tapi yang penting dan dipahami adalah bisnis perusahaan yang dipegang sahamnya adalah sebuah bisnis yang cepat mengalami pemulihan ketika ini selesai.
Baca Juga: Saham Terjun Bebas, Berikut Cara Terhindar dari Investasi Bodong