Perlengkapan APD Sulit Dicari, PMI Kota Banjarmasin Harapkan Bantuan

11 April 2020 19:30 WIB
Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Banjarmasin, dr. Aulia Ramadhan Supit
Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Banjarmasin, dr. Aulia Ramadhan Supit ( Sonora Banjarmasin)

Banjarmasin, Sonora.ID - Kondisi minimnya Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker medis dan sarung tangan karet atau handscoon, rupanya tak hanya dialami oleh rumah sakit rujukan yang merawat para pasien kasus CoVID-19 di Kalimantan Selatan.

Namun juga instansi lain seperti PMI Kota Banjarmasin, yang harus menghemat penggunaan kedua benda tersebut.

Dalam perbincangan bersama Kepada Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Banjarmasin, dr. Aulia Ramadhan Supit, mengungkapkan kondisi yang dialami instansinya sejak mewabahya virus Corona di kota ini.

Baca Juga: Tekan Penyebaran Virus Corona, Pemko Banjarmasin Usulkan PSBB

Masker dan sarung tangan medis yang sejatinya digunakan seluruh petugas yang ada di UTD, saat ini merupakan barang langka yang keberadaannya sangat dicari.

“Selama ini distribusi bantuan APD cenderung difokuskan ke rumah sakit rujukan, padahal kita juga memerlukan,” tuturnya.

Saat ini menurutnya sudah ada bantuan dari sejumlah pihak,  seperti dari Bawaslu Kalimantan Selatan dan perbankan, yang mampu menambah persediaan selama beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Warga Kayutangi II Banjarmasin Tolak Rencana Gedung Karantina CoVid-19

Ia juga berharap ada bantuan dari pihak lainnya, mengingat tingginya kebutuhan APD di unitnya.

Curahan hati dokter Rama, begitu pria ini disapa, tentunya sangat beralasan. Anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 2014-2019 ini mengungkapkan besarnya kegunaan kedua benda tersebut dalam proses pengambilan darah pendonor.

Mulai dari petugas yang mengecek kadar hemoglobin calon pendonor, pengambilan darah pendonor, pengecekan rhesus darah hingga akhirnya pengolahan darah yang sudah lolos uji bebas penyakit berbahaya, semuanya mengharuskan petugas menggunakan APD.

Mengingat tingginya risiko penularan penyakit melalui darah pendonor yang dapat kapan saja menginfeksi petugas jika tidak menggunakan masker dan sarung tangan.

Sebut saja HIV-AIDS dan Hepatitis B yang salah satu cara penularannya melalui darah penderita. Bukan tidak mungkin, jika petugas tidak menggunakan sarung tangan standar medis, maka darah pendonor yang terkontaminasi penyakit dapat masuk ke pori-pori yang bersangkutan.

“Dalam sehari kita memerlukan 150 lembar masker untuk 3 shift petugas, dan untuk handscoon itu 2-3 hari untuk 1 kotak isi 100 pasang,” jelasnya lagi.

Baca Juga: Jadi PDP Covid-19 Dokter Gigi di Banjarmasin, Kalsel Meninggal Dunia

Tentunya hal ini menjadi masalah, karena keberadaan dua benda itu sangat sulit. Jika adapun, maka harganya sudah tidak lagi murah atau sesuai standar penjualan sebelum virus Corona merebak.

Untuk anggaran tentu tidak masalah. Namun seperti halnya sulitnya mencari penjual atau distributor baju hazmat yang digunakan petugas medis di rumah sakit rujukan CoVID-19, saat ini untuk mencari penjual resmi masker medis dan handscoon pun juga sulit.

Kekosongan karena adanya aksi borong oleh masyarakat dan oknum penimbun menjadi salah satu penyebab langkanya APD yang akhirnya menyulitkan para petugas medis yang harus melaksanakan tugasnya, termasuk di PMI Kota Banjarmasin.

Baca Juga: Usulan Lockdown Ditolak LLAJ, Pemkot Banjarmasin Lobi Pemerintah Pusat

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm