Asia Times lalu memberitakan, "apa yang membuat situasi di Bali begitu membingungkan adalah jumlah kedatangan wisatawan China ke Bali sebenarnya meningkat 3 persen pada Januari, bulan yang sama saat Wuhan di-lockdown."
"Bahkan, mereka masih tiba sampai 5 Februari ketika pihak berwenang akhirnya melarang kedatangan siapa pun yang berada di China dalam 14 hari terakhir."
Sebelumnya, Asia Times juga mengeluarkan pemberitaan pada 7 April 2020 yang berjudul "Is Tropical Asia Relatively Immune to Covid-19? ".
Mereka menyoroti minimnya kasus Covid-19 di sejumlah Provinsi di Indonesia, salah satunya Bali.
"Di luar Jawa, pulau dengan penduduk terbanyak, hanya Sulawesi Selatan, Bali, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur yang memiliki lebih dari 20 kasus," tulis Asia Times.
Baca Juga: Kominfo Rilis Aplikasi PeduliLindungi, Untuk Cegah Penyebaran Covid-19
Selain jumlah kasus yang mereka soroti, dampak pariwisata di Pulau Dewata itu pun ikut diperbincangkan.
Menurutnya, ekonom dan pakar perjalanan sekarang perlu membutuhkan waktu satu tahun lagi untuk bisa memulihkan kembali sektor pariwisata.
"Menurut sumber-sumber diplomatik, masih ada 5.000 warga Australia di Bali, banyak penduduk yang memiliki bisnis atau hidup dalam masa pensiun."
"Itu adalah blok terbesar orang asing, tetapi ada juga ribuan lain di pulai wisata legendari tersebut," tulis Asia Times.
Pada akhir pemberitaannya, Asia Times menuliskan bahwa pariwisata Bali belum pernah seterpuruk ini sejak tragedi Bom Bali I tahun 2002 dan Bom Bali II tahun 2005.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minimnya Kasus Covid-19 di Bali Jadi Perhatian Media Asing".