Sonora.ID - Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April merupakan hari yang didedikasikan untuk seorang pahlawan wanita yang bernama Kartini.
Mengenang jasa Kartini, hari ini pun didedikasikan untuk mengapresiasi jasa dan perjuangan seluruh perempuan di luar sana.
Di tengah wabah corona ini, salah satu pahlawan yang paling berjasa adalah para tenaga medis atau dokter.
Dr. Erlina Burhan spesialis Paru dari RSUP Persahabatan pun termasuk salah satu pahlawan tersebut yang bersedia membagikan ceritanya di Hari Kartini ini.
Baca Juga: Selamat Hari Kartini! Ini Lirik Lagu 'Ibu Kita Kartini' - W.R Supratman
Saat ditanya mengenai cita-cita masa kecilnya, dr. Erlina menyatakan bahwa sejak kecil ia sudah ingin menjadi seorang dokter.
“Saya membaca dan melihat, dokter itu pekerjaannya menyenangkan, menolong orang, itu yang saya ingat waktu saya SD, saya selalu menulis cita-cita saya adalah dokter,” ungkapnya.
Pihaknya pun melihat hal ini berkaitan dengan jasa Ibu Kartini sehingga kondisi wanita di Indonesia sekarang jauh lebih baik.
Dr. Erlina dalam kesempatan ini juga menceritakan perjuangannya menjadi bagian dari tenaga medis yang menangani corona.
Baca Juga: Radio Sonora Network Salurkan APD dan Logistik Kepada Tenaga Medis
Pihaknya mengaku sudah mengetahui adanya virus ini sejak 31 Desember 2019 yang lalu, dan langsung mengadakan riset bersama dengan sesama tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ketika virus tersebut masuk ke Indonesia, dr. Erlina mengaku dirinya langsung bersemangat ingin berkontribusi dalam membantu mengobati pasien.
“Langsung bersemangat ingin membantu pasien, menyelamatkan pasien. Tapi situasi cukup gaduh apalagi semua orang panik, keluarga panik, dan kegiatan di rumah sakit jadi sangat hectic,” ceritanya kepada tim Radio Sonora.
Saat ini, dr. Erlina menyatakan kondisi di rumah sakit sudah jauh lebih terorganisir, namun tenaga medis masih kesulitan terhadap persediaan APD atau Alat Pelindung Diri.
Baca Juga: Hingga Kini DKI Jakarta Masih Membutuhkan APD Untuk Para Tenaga Medis
Pasalnya APD yang biasa digunakan adalah APD sekali pakai, sehingga membutuhkan stok yang cukup banyak, padahal persediaannya terbatas.
Di sisi lain, APD ini menjadi salah satu kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh tenaga medis dalam menghadapi pasien.
“Kami juga menjaga diri jangan sampai petugas kesehatan tertular, masalahnya sekarang APD itu satu kali pakai jadi kebutuhannya meningkat. Jadi kami antara menghemat dan harus berhati-hati, itu menimbulkan semacam dilema,” tambahnya bercerita.
Pihaknya berharap ketersediaan APD ini menjadi perhatian bukan hanya di rumah sakit di Jakarta tetapi juga di berbagai daerah.
Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Kebutuhan APD di Jakarta Terus Bertambah