Sonora.ID - Belakangan ini, banyak orang yang bekerja atau pun belajar dari rumah menggunakan aplikasi layanan konferensi video Zoom.
Namun, sejumlah lembaga pemerintahan di berbagai belahan dunia kini memutuskan untuk memboikot aplikasi tersebut karena dinilai berbahaya.
Lantas, mengapa aplikasi Zoom berbahaya?
Baca Juga: Ada Masalah Keamanan dan Privasi, CEO Zoom Mengaku Kewalahan
Ada banyak faktor yang membuat aplikasi video konferensi tersebut tidak aman.
Salah satu akun Twitter @SchubertSalieri mengungkapkan bahwa boomingnya aplikasi Zoom ini dimanfaatkan oleh para hacker untuk menyebabkan malware melalui celah keamanannya.
Sejak akhir maret kemarin, muncul berita yang menyebutkan bahwa dengan adanya pandemi ini dan juga mendadak boomingnya aplikasi ini, para Hacker telah memanfaatkan celah keamanan pada ZOOM untuk menyebarkan malware.
— Amadeus (@SchubertSalieri) April 19, 2020
sumber: https://t.co/VDaAlJtorb
Selain itu, berikut alasan mengapa aplikasi Zoom dibilang berbahaya.
Baca Juga: Usai Alami Lonjakan Pengguna, Sri Mulyani Akan Pajaki Zoom & Netflix
Rekaman konferensi Zoom mudah ditemukan secara daring
Menurut Peneliti Keamanan, Phil Guimond kepada Cnet, Rekaman konferensi video Zoom yang bisa disimpan di server cloud Zoom dapat ditemukan dengan mudah.
Selain itu, menurut Guimond, struktur URL rekaman Zoom memiliki pola yang bisa diprediksi sehingga dapat dengan mudah ditemukan. Ia bahkan bisa menemukan lokasi rekaman rapat Zoom menggunakan alat sederhana.
Jika suatu rapat dilengkapi kata sandi, alat itu akan mencoba memaksa akses dengan menjalankan sandi potensial. Bila rekaman dapat diakses, kode rapat di Zoom pun terungkap, sehingga peretas berisiko dapat bergabung di pertemuan berikutnya.
Baca Juga: Dampak Covid-19, Dunia Pendidikan Manfaatkan Aplikasi Belajar Online
Data pengguna diretas dan dijual milyaran
Menurut laporan Vice, data pribadi pengguna Zoom di Windows dieksploitasi dengan serangan Zero-days, memungkinkan peretas mengambil alih perangkat pengguna sepenuhnya. Bahkan, perangkat lunak yang dipakai untuk mencuri data pribadi pengguna Zoom itu dijual seharga 500 ribu dolar AS (sekitar Rp7,8 M).
500 ribu akun Zoom dijualbelikan
Menurut laporan Toms Guide, ada lebih dari 500 ribu akun Zoom yang dijualbelikan di pasar gelap dunia maya. Namun, ini bukan hasil pelanggaran data Zoom, melainkan melalui pencurian kata sandi dan nama pengguna.
Tipe pencurian data seperti itu hanya bisa berfungsi saat pemegang akun menggunakan kata sandi serupa untuk berbagai akun.
Baca Juga: Ini 5 Aplikasi untuk Rapat Lewat Gadget Selama Work From Home
Fenomena Zoomboombing
Fenomena Zoomboombing ini terjadi ketika rapat di Zoom diikuti oleh peserta yang tidak diundang.
Beberapa kasus seperti saat kelas daring, suatu perguruan tinggi di Bandung diganggu oleh pria tak dikenal yang tiba-tiba menampilkan gaya tidak senonoh.
Menurut Konsultan Keamanan, Alex Stamos, enkripsi Zoom yang kurang kuat menyebabkan terjadinya fenomena tersebut.
Baca Juga: Kabar Baik, BNPB Luncurkan Aplikasi Pendeteksi Penyebaran Virus Corona
Peneliti temukan ratusan dokumen mencurigakan yang berkaitan dengan Zoom
Peneliti Kaspersky menyatakan telah menemukan lebih dari 500 dokumen mencurigakan yang meniru Zoom. Dokumen berbahaya itu mengandung adware hingga malware.
Berbagi data pribadi dengan pengiklan
Berdasarkan kebijakan privasi Zoom, platform itu membagikan data pribadi pengguna kepada pemasar pihak ketiga, berdasarkan laporan lembaga peneliti Consumer Reports.
Menanggapi hal itu, Zoom dengan cepat merevisi kebijakan privasi dengan menghapus pernyataan tersebut, menggantinya dengan 'kami tidak menjual data pribadi Anda'.
Baca Juga: Bos Reddit: TikTok adalah Aplikasi Parasit dan Aplikasi Mata-mata!