Sonora.ID - Menanggapi isu konten pelatihan di program Kartu Pra Kerja yang dianggap serupa dengan konten gratis di Youtube, Direktur Kemitraan dan Komunikasi PMO Kartu Pra Kerja, Panji Winanteya Ruky, menjelaskan perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut.
Pihaknya mengatakan, yang membedakan konten pelatihan di program Kartu Pra Kerja dengan konten gratis di Youtube adalah pelatihan di program Kartu Pra Kerja ini memiliki standar-standar, seperti memiliki kurikulum atau silabus, terdapat pengajar atau pelatihnya, bersertifikasi dan juga interaktif.
Dari standar tersebut, pihaknya menegaskan bahwa peserta tidak hanya sekedar menonton, namun juga dapat mengajukan pertanyaan kepada pelatih.
Baca Juga: BLT Dinilai Lebih Efektif, Ekonom: Kartu Pra Kerja Distop Dulu
Bahkan lebih dari itu, pihaknya menjelaskan bahwa terdapat pelatihan serupa yang ditawarkan gratis, Panji mengatakan ini merupakan hak masyarakat untuk memilih atau menentukan pelatihan mana yang akan diambil.
Dalam hal ini, pemerintah hanya memberikan berbagai macam pilihan, sehingga keputusan kembali ada di masyarakat.
“Pelatihan di Kartu Pra Kerja itu ada standar-standarnya, ada silabus, kurikulum, ada tenaga pengajar dan ada sertifikat, dan sebgainya. Tidak sekedar menonton seperti yang dibilang orang. Itu benar benar pelatihan secara edutech, massive online open course. Jadi, kalau memang ada yang serupa maka tentunya masyarakat sebagai konsumen yang rasional, tentunya tidak akan membeli, atau menggunakan kursus-kursus yang mungkin ada di publik secara gratis,” ungkapnya menjelaskan.
Baca Juga: Kartu Pra Kerja sebagai Solusi Korban PHK, Ekonom: 'Tentunya Enggak Efektif'
Hal senada juga dikatakan oleh Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kementrian Koordinator Perekonomian, Yulius.
Pihaknya mengatakan, lembaga pelatihan yang terdapat di program Kartu Pra Kerja ini telah melalui proses screening atau telah diseleksi oleh platform yang telah bekerjasama dengan pemerintah.
Dengan demikian, pelatihan yang berkategori mudah atau sederhana tidak gampang untuk masuk dalam program ini.
Namun, Yulius menambahkan, masyarakat Indonesia berasal dari berbagai lapisan, sehingga pelatihan yang ada di dalamnya pun bisa dinilai berbeda oleh masing-masing penggunanya.
Baca Juga: Siap Salurkan Kartu Pra Kerja, Pekerja Terimbas PHK Mulai Didata
Yulius memberikan contoh pelatihan membuat kue bolu yang dirasa sangat sederhana, namun, pelatihan tersebut akan berguna untuk beberapa peserta.
Misalnya salah satu pengguna mengikuti pelatihan itu dan nantinya pengguna tersebut dapat berwirausaha dengan skill tersebut.
Yulius menjelaskan, kualitas sumber daya manusia di indonesia masih lemah, terbukti bahwa hingga saat ini sebanyak 60 persen tenaga kerja memiliki kemampuan rendah atau low skill.
Menyikapi hal tersebut, Program Kartu Pra Kerja ini tujuannya untuk meningkatkan skill atau kemampuan sdm.
Baca Juga: 4 Juta Orang Telah Mendaftarkan Diri untuk Program Kartu Pra Kerja