Ia mengatakan, dalam mahzab yang pertama ini, batalnya satu hari puasa, tidak berpengaruh pada batalnya hari yang lain. Karena setiap memasuki hari baru, diperlukan niat baru.
Sehingga setiap malam diharuskan untuk membaca niat berpuasa sebelum adzan subuh berkumandang.
Sedangkan pendapat yang kedua, ujar Ustad taufiq, yakni menurut kelompok Imam Malik dan para pengikutnya tidak mensyaratkan pengulangan niat puasa setiap hari.
Baca Juga: Meski Tidak Tarawih Di Masjid, Menag Harap Masyarakat Tetap Semangat Beribadah
Menurut mahzab Imam Malik, niat puasa Ramadhan cukup dilakukan di malam puasa pertama, dan sudah terwakili untuk hari selanjutnya dan puasanya tetap sah.
Menanggapi hal tersebut, Ustad Taufiq melanjutkan, kita bisa mengikuti para ulama yang mahsyur, seperti pendapat Syekh Muhammad Ramadhan al-Bhuti.
Dimana dalam kitab Muhadarat Fil Fiqh Muqaran (Damaskus: Darul Fikri tahun 1981 hal 28 – 34 menyebutkan, "Untuk keperluan berhati-hati dalam beribadah tidak ada salahnya mengamalkan kedua pendapat diatas."
Yang berarti, mengamalkan pendapat kelompok Imam Malik untuk niat puasa selama satu bulan penuh, dan juga mengamalkan pendapat Hanafi, Syafi'ie, dan Hambali yakni dengan membaca niat setiap hari.
Sehingga, lanjut Ustad Taufiq, apabila ada salah satu niat yang terlewat, maka sudah diwakilkan dengan niat yang selama satu bulan penuh dan terjaga ibadah puasa kita.
Baca Juga: Jelang Bulan Puasa, Ini Chord dan Lirik Lagu ‘Ramadan’ milik Maher Zain