Alita Karen yang juga merupakan seorang aktivis ini bersama sembilan relawan lainnya dari berbagai latar belakang berupaya membuat peserta karantina merasa nyaman dengan memberikan berbagai pelayanan dan aktivitas.
"Dengan pelayanan ini, Sulsel menjadi salah satu best inovation untuk penanganan Covid-19 terkait shelter. Setahu saya, Sulsel setelah Jakarta memakai hotel untuk shelter," ungkapnya.
Di lain pihak, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar justru mengkritik program isolasi mandiri di hotel bagi warga berstatus ODP maumpun OTG.
Baca Juga: Dampak Corona, Sumbangan PAD Hotel Berpotensi Hilang Rp 20 Milliar
Humas IDI Makassar Wahyudi Muchsin menilai penempatan ODP dan OTG di hotel tidak layak. Sebab untuk menangani COVID-19 dibutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.
"Akan lebih baik jika pemerintah lebih memaksimalkan ruang isolasi di rumah sakit yakni membuatnya senyaman kamar hotel," terang Wahyudi.
"Rumah sakit sudah pasti memiliki fasilitas kesehatan, berbeda dengan di hotel. Sebab, saat pasien di hotel membutuhkan penanganan medis, maka pasti mereka akan tetap dilarikan ke rumah sakit," sambungnya.
Sejauh ini, di hotel tersebut terdapat 164 peserta yang menjalani karantina. Tiga orang diantaranya dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Baca Juga: Masih Gelar Ibadah Berjamaah, Warga Kelabuhi Petugas dengan Matikan Lampu Masjid