Bandung, Sonora.ID - Industri Batik adalah satu dari sekian banyak industri kecil dan menengah di Kota Bandung, yang terkena dampak wabah Covid-19. Diperkirakan pada awal 2021, industri batik baru akan berjalan normal.
Salah satunya adalah industri Rumah Batik Komar di Jln. Cigadung Kota Bandung yang harus mengatur strategi baru agar tetap bertahan dari dampak pandemi Covid-19.
Komarudin Kudiya, selaku pemilik Batik Komar memiliki cara lain dalam memasarkan produksi batiknya, yaitu menggelar Virtual Batik Expo (VBE) melalui sosial media yang sudah diadakannya sejak 22 April 2020.
Baca Juga: Setiap Pekan, Lebih Dari 30ribu Paket Nasi Dibagikan Sabandung
"Kondisi ini memaksa kita untuk putar otak agar kita tetap bertahan. Karena ngga ada yang tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Untuk industri batik kemungkinan baru bisa bergeliat lagi setelah 4-6 bulan dari masa pandemi berakhir. Ya mungkin normalnya awal tahun depan lah," ucap Komarudin Kudiya di Workshop Batik Komar, Jumat (8/5/2020)lalu.
"Kami menggelar VBE ini sebagai cara baru dalam memasarkan batik. Ini cara yang benar-benar baru, karena secara virtual ya pamerannya. Hasilnya pun jauh dari kata untung," tambah Komarudin.
Lebih lanjut Komarudin mengemukakan, bahwa dirinya menggelar pameran batik secara virtual atau VBE ini sebagai metode baru dalam memasarkan batik di tengah pandemi.
Baca Juga: Bantuan Logistik & Pakan Satwa Mulai Berdatangan Ke Kebun Binatang Bandung
"Ya ada juga hasilnya, tapi ngga signifikan. Hanya 2 persenan saja produk kita yang terjual atau kurang lebihnya sekirar 15 potong. Kalau dirupiahkan kurang dari 20juta. Mungkin cara ini kurang familiar ya bagi konsumen," ungkap Komar.
Komarudin menambahkan, dalam penjualan batik atau pameran batik secara langsung, umumnya konsumen lebih senang datang dan melihat langsung agar bisa meraba, melihat motif, warna serta keindahan batik dan tentunya banyak pilihan, ketimbang mereka melihatnya melalui sosial media.
Komarudin Kudiya yang juga sebagai Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APBBI) mengungkapkan, banyak cara dilakukan para pengrajin dan pengusaha batik di Indonesia untuk tetap bertahan. Biasanya pada masa Ramadhan dan Lebaran menjadi momen mereka untuk meraup keuntungan.
Baca Juga: Di Bandung Ada Robot Mengedukasi Warga Tentang Bahaya Covid-19