Banjarmasin, Sonora.ID - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) CoVID-19 di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota diminta menyiapkan psikolog untuk pendampingan pasien dan keluaganya.
Terutama membantu pemulihan kondisi psikis setelah keluarnya hasil tes, baik rapid test yang reaktif maupun hasil swab menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammad Syaripuddin, menuturkan bahwa dirinya sudah menyampaikan hal tersebut ke gugus tugas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Baca Juga: PSBB Banjarmasin Diperpanjang, GTTP Covid-19 Bentuk Empat Satgas
Hal itu menurutnya didasari dari masuknya sejumlah laporan dari beberapa masyarakat melalui ponsel pribadinya.
Dalam kesempatan diskusi jarak jauh menggunakan aplikasi Zoom Meeting bertajuk “Memadamkan Kecemasan, Menyalakan Optimisme”, Ia mengungkapkan pentingnya peran psikolog dalam pendampingan mental para pasien dan keluarganya.
Apalagi mereka yang hasil rapid test-nya reaktif dan mengharuskan isolasi mandiri selama 14 hari hingga hasilnya dipastikan dengan menggunakan metode PCR.
Baca Juga: Jadi Jalur Persinggahan ABK, Komisi I Banjarmasin Minta Desa Kaladan Dipantau
Hasil tes menurutnya sangat berpengaruh pada psikis mereka yang diperiksa. Apalagi jika harus menunggu lagi untuk hasil PCR yang biasanya memakan waktu beberapa hari.
“Hasil yang lambat itulah yang dapat membuat pasien isolasi mandiri terganggu psikisnya, yang akhirnya membuat kondisi tubuh drop dan berujung stres,” tuturnya.
Dengan adanya pendampingan, setidaknya kondisi mental mereka yang baru menjalani rapid test atau sedang menunggu hasil dari PCR dapat lebih stabil.
Dari laporan yang diterimanya dari sejumlah warga yang mengeluhkan stres pasca menjalani tes, Ia berpendapat sudah seharusnya ada pendampingan psikolog yang resmi dari gugus tugas.
Baca Juga: Pemprov Kalsel Dorong Tiga Daerah Perbatasan Lengkapi Berkas PSBB
Belum lagi efek samping dari tes tak hanya bagi yang bersangkutan, namun juga keluarganya yang cemas karena berisiko terpapar jika positif atau reaktif.
Termasuk juga warga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yang tanggapannya tentu beragam. Entah ada yang menerima dengan tangan terbuka atau justru mengucilkan.
Pikiran-pikiran negatif yang biasanya dialami oleh pasien juga harus dapat ditangani dengan baik oleh para profesional agar tidak meningkat menjadi depresi yang dapat membuat kondisi tubuhnya melemah.
Terlebih sistem imun tubuh yang kuat menjadi salah satu penentu kesembuhan pasien CoVID-19, selain tentunya perawatan medis dari petugas di rumah sakit.
Baca Juga: PSBB Banjarmasin Jilid Dua Diterapkan, Dewan Harapkan Lebih Efektif