Bandung, Sonora.ID - Kesehatan menjadi hal yang fundamental bagi kehidupan suatu negara dan dalam berhubungan dengan negara lain.
Bahkan saat ini, kesehatan menjadi salah satu primadona baru dalam berdiplomasi antar negara, terlebih lagi di saat pandemik Covid-19 seperti sekarang.
Dalam keadaan pandemi seperti ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki tanggung jawab untuk menjamin ketersediaan vaksin agar vaksin dapat dimanfaatkan oleh siapapun.
Baca Juga: 20 Sampel Rapid Test ASN Pemko Banjarmasin Tunjukan Hasil Reaktif
Indonesia sebagai anggota dari Executive Board WHO sejak tahun 2017 – 2021 tentu saja mendukung jaminan ketersediaan vaksin dan akses ke vaksin.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Sosial-Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri RI Kamapradipta Isnomo, dalam kegiatan Saga Multilateral Webinar Series Episode 3: Diplomasi Kesehatan Global Pada Masa Pandemik, Jumat (25/5/2020)
“Dengan menjadi Member of Executive Board di WHO, Indonesia bisa memberikan arah kebijakan dan langkah–langkah untuk WHO maupun kepada Direktur Jendral WHO untuk menanggulangi wabah Covid-19. Dengan menjadi anggota Member of Executive Board, Indonesia mendukung tata kelola sharing of virus dan akses mendapatkan vaksin agar vaksin dapat dimanfaatkan oleh siapapun“ ujar Kamapradipta.
Baca Juga: Empat Hari Rapid Test di Makassar, 204 Pedagang Dinyatakan Reaktif
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Irmansyah mengatakan bahwa Solidarity Trial merupakan program dari WHO yang melibatkan lebih dari 100 negara, untuk melalukan clinical trail terutama pada empat kandidat utama obat untuk melawan Covid-19.
Wabah Pandemik Covid-19 yang sudah menularkan kepada 4 juta jiwa di seluruh dunia dalam waktu enam bulan ini, dengan tingkat kematian 294 ribu, memerlukan suatu strategi khusus untuk mencegah penambahan penularan, salah satunya adalah melalui pemberian obat atau vaksinasi.
Direktur Operasi Bio Farma M. Rahman Roestan menjalaskan bahwa Bio Farma memiliki peran strategis baik di dalam maupun di luar negeri.
Baca Juga: PSBB Pasca Lebaran, Dishub Palembang Tambah Titik Check Point
Peran di dalam negeri yang utama adalah untuk peningkatan daya saing farmasi nasional, yang diwujudkan melalui pembentukan Holding BUMN Farmasi.
Peran strategis kedua untuk dalam negeri adalah menciptakan kemandirian dalam hal produksi life science dalam negeri seperti vaksin dan antisera, plasma darah, biosimilar atau stemcell dan diagnostik.
Sedangkan peran strategis luar negeri, Bio Farma memiliki peran untuk ikut serta dalam global health security dengan menyediakan vaksin yang berkualitas sesuai dengan standar WHO, dan meningkatkan peran Indonesia di negara berkembang yang tergabung dalam Developing Countries Vaccine Management Network (DCVMN) dan Organisation of Islamic Cooperation (OIC), untuk menghasilkan vaksin yang berkualitas dan harga terjangkau.
Baca Juga: Hasil Evaluasi, Pedagang Boleh Kembali Buka dengan Syarat...
Beberapa produk yang akan dihasilkan antara lain Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang merupakan hasil kolaborasi dengan Task Force dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC19) yang dibentuk oleh BPPT, yang akan launching pada 20 Mei 2020 bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Produk lainnya adalah alternatif terapi untuk pasien Covid-19 berupa konvalesen plasma hasil kolaborasi dengan Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD).
Sedangkan untuk vaksin, Bio Farma akan melakukan dua strategi yaitu melalui jangka pendek melalui kerjasama dengan lembaga penelitian international diantaranya adalah Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dari Norwegia, maupun bersama industri lainnya.
Baca Juga: Empat Hari Rapid Test di Makassar, 204 Pedagang Dinyatakan Reaktif