“Senang, tidak menyangka, karena Piala Adinegoro dipilih 1 foto dari ribuan foto. Saat itu kami berada di desa Goronggong, disitu banyak titik api, saat hendak mengambil foto presiden sempat dilarang paspampres, namun setelah dijelaskan akhirnya diperbolehkan, namun dengan jarak 50 meter,” ungkapnya menceritakan asal-usul foto tersebut.
Dalam foto yang diambilnya tersebut terlihat bahwa Presiden dan seluruh pihak yang ada bersamanya merasakan penderitaan berada di lokasi itu.
Baca Juga: Kontroversi Foto Nyonya Meneer, Ahli Waris Gugat Perusahaan Ini hingga Rp 543 Miliar
“Saat itu kebetulan angin bertiup kencang, sehingga memedihkan mata presiden dan semua yang ada disitu, itulah moment yang tepat saya mengambil gambar. Foto itu menyampaikan pesan apa yang dirasakan presiden dan masyarakat akan sulitnya situasi saat terjadi kebakaran lahan dan hutan,” ujarnya.
Dirinya menambahkan menjadi seorang pewarta foto harus berburu foto setiap hari dan membuat cerita cerita bagus, serta membuat angle-angle yang baik.
Baca Juga: Pamer Foto Makanan Kepada Teman Saat Puasa, Bagaimana Hukumnya?