Sonora.ID – Setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hari tersebut dicetuskan untuk memperingati kisah peristiwa kebangkitan bangsa Indonesia.
Kebangkitan Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20, di mana rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".
Dikutip dari Wikipedia, berikut ini seluk beluk tentang Hari Kebangkitan Nasional selengkapnya.
Baca Juga: Selamat Hari Pahlawan! Simak 5 Rekomendasi Film Kenegaraan Ini
Asal-usul
Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Boedi Oetomo adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.
Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik.
Baca Juga: Dr Handoko Gunawan, Pahlawan Covid-19 yang Sudah Berusia 80 Tahun
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.
Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Eduard Douwes Dekker atau dikenal dengan nama pena Multatuli.
Sebelum Boedi Oetomo, sejarah pergerakan di Indonesia sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.
Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Tionghoa pada waktu itu.
Sarekat Dagang Islam kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Baca Juga: Jadi Materi Belajar, Ini Sejarah dan Nilai-Nilai Tari Lenggang Nyai
Setelah itu, berbagai pergerakan pribumi mulai bermunculan di berbagai daerah.
Pada tahun 1912, berdirilah partai politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Indische Partij atau Partai Hindia merupakan organisasi di Indonesia yang pertama secara tegas menyatakan berpolitik.
Partai ini didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara.
Baca Juga: Hari Pahlawan, Ini 6 Museum Sejarah yang Cocok untuk Anda Kunjungi
Indische Partij bersifat politik murni dengan semangat nasionalisme modern terhadap bangsa Indonesia.
Cita-cita mereka di antaranya menyatukan semua golongan yang tersebar di Indonesia baik penduduk asli Indonesia maupun golongan lain seperti Indo, Cina, dan Arab.
Pada tahun itu juga, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta.
Setahun kemudian, Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.
Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.
Baca Juga: Jadi Pahlawan di Usia Belia? Berikut 3 Pahlawan Nasional Termuda
Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda.
Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.
Peringatan
Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang ditetapkan sejak 1959.
Baca Juga: Lirik Lagu Nasional Indonesia 'Tanah Air', Tanah airku tidak kulupakan
Hal tersebut ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa kebangkitan nasional Indonesia.
Tanggal 20 Mei dipilih karena pada tanggal tersebut Boedi Oetomo berdiri. Budi Oetomo dinilai menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Hari yang kerap disingkat Harkitnas merupakan hari nasional yang bukan hari libur.