Sonora.ID – Pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Twitter-nya membawa perhatian baru kepada para pemrotes yang disebut 'Antifa' yang ia salahkan karena menghasut kekerasan pada aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd.
Pada Minggu (31/6) Trump menyalahkan para demonstran yang telah mengguncang kota-kota di seluruh Amerika dan ia menunjuk dan menyalahkan 'Antifa' yang ia anggap sebagai kelompok aktivis anti fasisme sayap kiri yang merupakan organisasi teroris.
Baca Juga: George Floyd Meninggal Akibat Tercekik Polisi, Walikota Minneapolis Ingin Pelaku Ditangkap
Siapa itu Antifa?
Melansir Nytimes, para kritikus presiden mencatat bahwa AS tidak memiliki Undang-Undang terorisme dalam negeri dan Antifa, yang merupakan kontraksi dari frasa 'anti-fasis', bukanlah sebuah organisasi dengan pemimpin yang terstruktur dengan peran keanggotaan.
Sebaliknya, Antifa lebih merupakan gerakan aktivis yang pengikutnya berbagi mengenai filosofi dan taktik.
Mereka dikenal sejak demonstrasi 'Unite the Right' di Charlottesville, Virginia, yang mengecam rasisme pada Agustus 2017 silam. Saat itu, Antifa juga menentang penghapusan patung Jenderal Robert E. Lee.
Baca Juga: Pria Berusia 19 Tahun Tewas Tertembak Di Sekitar Lokasi Unjuk Rasa Untuk George Floyd di Detroit
Para Antifa ini berkampanye menentang tindakan yang mereka pandang otoriter, homofobik, rasis, atau xenofobik.
Terkadang, Antifa dipandang sebagai gangguan oleh organisasi lainnya. Anggotanya juga terkadang bekerja sama dengan aktivis lokal yang menyuarakan isu yang sama seperti 'Occupy movement' dan 'Black Lives Matter'.
Tujuan Antifa
Para pendukung berusaha untuk menghentikan apa yang mereka lihat sebagai kelompok fasis, rasis, dan sayap kanan dan mencari platform untuk menyuarakan pandangan mereka.
Dengan alasan bahwa demonstrasi tersebut mengarah pada ke orang-orang yang tersingkirkan termasuk ras minoritas, wanita, dan juga anggota LGBTQ.
Banyak dari mereka yang juga ikut berpartisipasi dalam bentuk organisasi masyarakat yang lebih damai, namun mereka dipercaya lebih suka menggunakan kekerasan seperti merusak properti saat melakukan aksi.
Baca Juga: Rekaman Audio Bocor, Obama Sebut Penanganan Trump terhadap Pandemi Ini Kacau
Para anggota menggunakan kekerasan sebagai alat pertahanan diri. Mereka percaya, perusakan properti tidak sama dengan kekerasan.
Apa beda dengan kelompok protes lainnya?
Kelompok Antifa ini sering menggunakan taktik yang mirip dengan kelompok anarkis, seperti berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng.
Kelompok-kelompok itu juga memiliki ideologi yang tumpang tindih, karena keduanya sering mengkritik kapitalisme dan berupaya untuk membongkar struktur otoritas, termasuk pasukan polisi.
Baca Juga: Di Tengah Wabah Corona, Donald Trump Hentikan Dana untuk WHO