“Risiko untuk peningkatan biaya sudah pasti. Misalnya di restoran yang tadinya bisa menampung 200 orang bisa tereduksikan jadi hanya 50 sampai 70 orang. Jadi omsetnya pasti berkurang dari sisi itu,” ungkap Bayu menjelaskan.
Selain itu, pihaknya juga menekankan bahwa new normal ini sebenarnya juga sangat memberatkan pada sisi karyawannya.
Karena tidak semua karyawan menggunakan kendaraan pribadi, banyak yang menggunakan kendaraan umum yang membuat keamanannya tidak setinggi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.
Baca Juga: 81 Persen Warga Tak Tahu Tentang Protokol Kesehatan, Sumut Masih Kaji Penerapan New Normal
“Ini menyebabkan bahwa memang ada beberapa hal yang harus disiapkan, dan ini pasti tidak gampang,” jelasnya.
Namun, di sisi lain, kegiatan produktivitas di dunia bisnis memang ada hal yang lebih efektif jika dilakukan dengan tatap muka atau bertemu langsung.
Langkah new normal ini pun menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kondisi perekonomian di Indonesia.
Baca Juga: Pengamat: Ketika 'New Normal Life' Dijalankan, Perlu ada Keseimbangan