Banjarmasin, Sonora.ID - Menindaklanjuti permintaan Presiden Joko Widodo yang menginginkan adanya perhatian khusus terhadap lonjakan kasus baru Covid-19 di 3 provinsi, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendi bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BNPB, mengunjungi Kalimantan Selatan Senin (07/06/2020) pagi, untuk melakukan supervisi penanganan Covid-19 di Banua.
Usai meninjau Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru, Muhadjir Effendi menilai, penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemprov Kalsel bersama gugus tugas sudah baik, namun tetap harus didorong agar lebih baik lagi.
Hal itu setidaknya dapat terlihat dari besarnya jumlah kasus positif dari kalangan Orang Tanpa Gejala (OTG), yang dapat memutus mata rantai penyebaran virus.
Baca Juga: Imbau Warga, Wali Kota Banjarmasin Sidak ke Pasar-Pasar Tradisional
Muhadjir mengakui, di luar Jakarta atau Pulau Jawa, ada tiga provinsi yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Pusat, yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Penambahan kasus baru Covid-19 di tiga provinsi tersebut cenderung tinggi, sehingga perlu adanya penanganan khusus.
Untuk itulah, kunjungan kali ini bertujuan memantau dan mengetahui kekurangan fasilitas kesehatan apa saja yang akan dilengkapi oleh pemerintah.
Baca Juga: Kepala BNPB dan 2 Menteri akan Pantau Penanganan Covid-19 di Kalsel
Kedatangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional ke Kalimantan Selatan juga membawakan sejumlah bantuan pemerintah pusat untuk penanganan pandemi Corona.
Diantaranya 2 mesin PSR, dan 9 pack Plasma Convalescent atau plasma darah pasien sembuh untuk mengobati pasien Covid-19 yang kritis.
Selain itu, menurut Ketua Gugus Tugas Nasional, Doni Monardo, pihaknya juga membawa 4 unit ventilator Oxygen Concentrator, Vitamin C dan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menambah dukungan penanganan Covid-19 di Kalsel.
Baca Juga: Lagi, OJK dan FK-LJK Kalsel Salurkan Bantuan untuk Masyarakat Terdampak Covid-19
Setelah mendapatkan tambahan alat ini, laboratorium pemeriksa spesimen di Kalsel juga sebaiknya didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa bekerja lebih dari 18 jam dengan melibatkan sukarelawan.
Ia menyontohkan seperti di Sumatrra Barat, dimana laboratorium milik Universitas Andalas bisa bekerja sampai 24 jam, dengan melibatkan sukarelawan dan turut dibantu kalangan mahasiswa.
Cara ini terbukti efektif untuk mempercepat pemeriksaan SWAB atau PCR, sehingga hasilnya dapat diketahui dalam waktu singkat.
Baca Juga: 3.818 Calon Jamaah Haji Kalsel Gagal Berangkat Haji Tahun Ini