Sonora.ID - Tindakan rasisme kembali mencuat usai kasus kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS) belum lama ini. George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, meninggal setelah ditangkap oleh polisi di luar sebuah toko di Minneapolis, Minnesota.
Penangkapan dilakukan setelah seorang karyawan menelepon 911 dan menuduh Floyd membeli rokok dengan uang kertas palsu senilai USD 20. Tujuh belas menit setelah mobil patroli pertama tiba di tempat kejadian, Floyd tidak sadarkan diri dan dijepit oleh tiga petugas polisi. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Bahkan protes pun dilakukan bukan hanya di AS saja, melainkan sejumlah kota di berbagai negara seperti London, Berlin dan Auckland dan media sosial dipenuhi dengan kotak-kotak hitam dan pesan dukungan pada 2 Juni, sehari dijuluki #BlackoutTuesday.
Rasisme merupakan isu lama yang ternyata masih ada hingga kini.
Berikut beberapa penggambaran rasisme yang pernah ada dan masih terjadi di dunia lewat film:
1. Green Book (2018)
Green Book merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata seorang rasis bernama Tony Lip yang mendapat pekerjaan baru sebagai supir untuk seorang pianis kulit hitam bernama Dr. Don Shirley. Berlatar tahun 1960an saat rasisme masih mengakar kuat di Amerika Serikat, keduanya pun melakukan perjalanan tur keliling Amerika Serikat.
Baca Juga: Digantikan Esai Morales, Nicholas Hoult Batal Tampil di Mission: Impossible 7
Di situlah akhirnya Tony belajar bahwa menjadi seorang Shirley bukanlah hal mudah. Meski talentanya diakui banyak orang, termasuk penduduk kelas menengah atas, perlakuan rasis masih sering ia terima.
2. The Good Postman (2016)
Film dokumenter ini menceritakan kisah seorang pak pos bernama Ivan yang berniat mencalonkan diri sebagai walikota sebuah kota kecil di Bulgaria dekat dengan perbatasan dengan Turki. Ia memiliki ide untuk menambah populasi di kota tersebut dengan mengizinkan para pengungsi asal Suriah untuk mendiami kota tersebut.
Namun, idenya ditentang calon lain yang justru menjanjikan penutupan perbatasan secara total untuk melindungi kota yang sepi penduduk tersebut dari serbuan imigran gelap.
Rasanya kita sanggup terheran-heran dengan tindakan orang-orang dalam film di atas. Bagaimana bisa mereka bertindak sekejam dan berpikiran sesempit itu. Namun, coba tanyakan pada diri sendiri deh, mungkin kita pernah melakukannya pada kelompok minoritas di sekitar kita.
3. The Hate U Give (2018)
Bukan sebuah kisah nyata, tetapi kisah Starr yang menyaksikan sendiri bagaimana temannya ditembak oleh seorang polisi tanpa sebab yang jelas menjadi pengingat bahwa tindakan rasisme setipe ternyata masih sering terjadi hingga kini.
Terinspirasi dari #BlackLivesMatter yang sempat viral beberapa tahun lalu, film ini diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Angie Thomas dan sukses bikin semua penonton geregetan.
4. Welcome to the Hartmanns (2016)
Beranjak dari Amerika Serikat, kisah-kisah rasisme juga terjadi di Eropa. Tepatnya, saat arus kedatangan imigran dari Timur Tengah dan Afrika kian deras sejak merebaknya konflik berkepanjangan di dua wilayah tersebut. Dikisahkan seorang pemuda Nigeria diadopsi oleh sebuah keluarga di pinggiran kota Muenchen. Ia diterima dengan baik, apalagi karakternya yang sopan, bijak, dan ringan tangan.
Namun, meski ia diterima di keluarga tersebut. Ia tetap harus menerima perlakuan rasis dari orang-orang di luar keluarga. Apalagi, saat itu Jerman baru saja dilanda shock akibat serangkaian peristiwa kriminal yang dilakukan para imigran.
5. The Help (2011)
Film drama arahan Tate Taylor yang diangkat dari novel karangan Kathryn Stockett ini. The Help memotret isu diskriminasi itu melalui kacamata kehidupan warga keturunan Afrika yang bekerja sebagai pembantu di rumah-rumah 'kasta' yang lebih tinggi, warga kulit putih.
Sebuah ide perlawanan pun muncul justru dari orang yang tak diduga-duga, Eugenia "Skeeter" Phelan (Emma Stone), seorang penulis yang adalah rekan majikan mereka sendiri, teman baik sang pencetus rancangan UU. Skeeter datang bak mesias yang menolong mereka dari kesengsaraan, memberi mereka harapan. Namun, mereka harus hati-hati, perlawanan ini ibarat pedang bermata dua, bisa berakhir manis atau malah tragis.