Sama halnya negara lain seperti di Jepang, masyarakatnya harus mengetahui dan terbiasa dengan huruf-huruf peninggalan nenek moyangnya.
"Di Jepang kita lihat, semuanya pakai huruf kanji. Nah sama saja kan, mereka punya huruf kanji, kita punya huruf lontara. Ini sesuatu yang luar biasa," ujar Hasan Sijaya.
Festival Aksara Lontara, kata Hasan, akan menghadirkan tiga pembicara internasional sekaligus pakar bahasa yang selama ini meneliti keberadaan Aksara Lontara.
Mereka antara lain Sharyn Graham Davies dari Associate Professor Sekolah Bahasa dan Ilmu Sosial, Universitas Teknologi Auckland, Selandia Baru, Alwi bin Daud dari University Malaya, Malasyia, serta Dr. Kathryn Wellen dari Researchers di KITLV Leiden University, Belanda.
Menurut Hasan, keikutsertaan para pembicara internasional ini membuktikan Aksara Lontara bukan hanya menjadi milik Sulsel, tapi juga dunia.
Baca Juga: FLAVS Virtual Festival, Meski Streaming Penonton Tetap Bisa Pilih Stage
"Ini tugas kita menjaga aksara dan budaya lontara melalui Festival Tahunan Aksara Lontara yang dimulai tahun ini. Doakan semoga dilancarkan," harapnya.
Tidak sampai di situ, lanjut Hasan, dirinya juga berencana akan mengusulkan Perda agar pelajaran tentang aksara lontara masuk dalam kurikulum sekolah. Terkait itu, pihaknya akan menggandeng Dinas Pendidikan Sulsel.
Adapun rangkaian Festival Aksara Lontara dimulai 25 Juni hingga 29 Agustus 2020 mendatang. Kegiatan festival antara lain Launching Virtual, Lomba literasi Aksara dari SD-Mahasiswa dan Umum 11-30 Juli, Tudang sipulung dan Seminar Internasional Aksara dan Penetapan Hari Lontara, 29 Agustus siang, dan Malam Anugerah Kebudayaan pada Puncak Acara Festival Aksara Lontara.
Turut hadir dalam pembukaan acara tersebut, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, serta Perwakilan DPRD Sulsel.
Baca Juga: Festival Musik Metal 'Hammersonic' Tetap Digelar Pada Januari 2021