Sonora.ID - Hari Minggu kemarin, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan video yang menayangkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato dengan nada yang cenderung tinggi.
Hal tersebut terjadi pada saat dirinya memberikan pidato pada sidang paripurna di Istana Negara pada hari Kamis, 18 Juni 2020 yang lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mengungkapkan kekesalan dan kejengkelannya kepada kabinet yang dibentuknya tersebut.
Baca Juga: Kejar Deadline Jokowi, Khofifah Siapkan Action Plan Pengendalian Covid-19 di Jatim
Kejengkelan ini dilatarbelakangi oleh kondisi pandemi yang berujung pada krisis di berbagai pihak, namun Jokowi melihat kabinetnya masih belum menganggap hal ini sebagai hal yang sangat besar untuk ditindak lanjuti secara serius.
“Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!” tegas Jokowi dalam pidatonya.
Baca Juga: Jokowi Minta Dua Minggu Turunkan Penularan, Ini Jawaban Khofifah
Bahkan, tak segan-segan, Jokowi pun menyatakan dirinya rela melakukan reshuffle kabinet jika diperlukan, demi 267 juta rakyat Indonesia.
Jokowi terbuka untuk semua langkah extraordinary yang memang sedang diperlukan untuk dilakukan.
“Langkah apaun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” tambahnya.
Baca Juga: Soal Reshuffle, Jokowi: Kalau Menteri Tak Bisa Adaptasi, Pasti Saya Ganti
Hal ini terjadi karena Jokowi melihat berbagai menterinya yang dinilai tidak sigap dalam menghadapi masa pandemi yang sudah melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020 yang lalu.
Selama kurang lebih tiga bulan, Jokowi menilai bahwa masih banyak menterinya yang tidak sigap dan menganggap hal ini adalah hal yang biasa.
Bahkan Jokowi mencontohan ketidaksigapan menterinya terbukti dengan banyaknya anggaran yang masih belum dicairkan.
Baca Juga: Bertemu Presiden Jokowi, Nurdin Abdullah Laporkan Soal Covid-19 Hingga Tol Pettarani