Sonora.ID - Banjir informasi bukan hanya peristiwa positif tapi bisa menjadi negatif, bahkan media sosial ikut menyiramnya tanpa henti. Media massa diharuskan menjaga akurasi.
Mengingat saat ini masyarakat Indonesia dan dunia mengalami peningkatan dalam berselancar di jejaring sosial.
Peningkatan konsumsi informasi melalui media sosial atau internet meningkat usai pandemi Covid-19 menyerang seluruh dunia.
Apalagi dikondisi wabah yang belum tahu kapan berakhir, membuat masyarakat semakin bebas dalam memperoleh Informasi yang cepat namun tidak dapat dibuktikan keakuratannya.
Ketua Jaringan Media Siber Indonesia, CEO RMOL.id Teguh Santosa mengatakan menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2017 mencatat setidaknya ada 43 ribu pihak, baik individu maupun perusahaan yang menjadi penyedia informasi berbasis internet.
Baca Juga: Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor, BKKBN Jatim Targetkan 208.488 Akseptor
Hal tersebut dapat dilihat dari lanskap komunikasi yang berubah semakin luas menjangkau, dengan perkembangan Information and Communication Technology (ICT) yang disambut baik oleh individu yang mempunyai background jurnalistik.
“Dapat dilihat bahwa lanskap komunikasi yang berubah semakin lebar dengan perkembangan ICT ini disambut oleh kawan-kawan kita yang mempunyai background jurnalistik, yang merasa mereka memiliki skill dibidang pengolahan informasi itu kemudian mempublikasikanya menjadi berita. Sehingga yang menjadi permasalahan yang dipertanyakan sampai saat ini yaitu quality of journalismnya“ hal tersebut disampaikan Teguh saat wawancara dengan Radio Smart Fm, Sabtu (27/6).
Baca Juga: Geram, Jokowi Pertanyakan Anggaran Kesehatan Baru Cair 1,53 Persen
Teguh menambahkan dalam praktiknya sifat kebenaran jurnalistik bukan jawaban final. Namun kebenaran fungsional yang hanya menjawab ruang dan waktu tertentu.
Sehingga dalam kondisi tersebut para pemangku kepentingan perlu melakukan literasi media untuk publik.
Hal ini dilakukan dengan harapan agar publik lebih menimbang-nimbang informasi yang diterima dari mana pun.
“Hanya menjawab ruang dan waktu tertentu, yang artinya jawabannya dapat berubah Ketika ruang dan waktunya berubah. Sehingga kondisi tersebut public perlu diliterasi media bahwa dengan mengatakan media massa itu bukan informasi yang final, maka hal tersebut memberikan kesempatan kepada public untuk menimbang-nimbang informasi yang diterima dari mana pun” ujar Teguh.
Baca Juga: Peringatan Hari Keluarga Nasional, BKKBN Gelar Pelayanan Sejuta Akseptor Gratis Secara Serentak