Sonora.ID - Kontroversi Hagia Sophia rupanya masih terus berlanjut hingga saat ini. Negara dibelahan Uni Eropa terus mengecam tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Turki.
Bahkan Yunani terlihat serius dalam mengecam tindakan Turki yang menjadikan Hagia Sophia menjadi sebuah masjid.
Selain itu kebijakan pemerintah Turki yang menutup gambar Bunda Maria, Yesus dan orang-orang kudus juga menjadi sorotan Yunani.
Yunani mengecam keras dan bahkan melakukan ultimatum terhadap pemerintah Turki.
Melalui Menteri Pembangunan Pedesaan, Makis Voridis, bakal menjadikan rumah Mustafa Kemal Ataturk, bapak Turki modern sekaligus presiden pertama, sebagai museum genosida.
Dalam wawancaranya dengan MEGA, Voridis mengecam keras keputusan dari Presiden Recep Tayyip Erdogan karena mengubah Hagia Sophia jadi masjid.
Voridis juga menyebutkan bahwa keputusan Erdogan mengubah Hagia Sophia untuk tempat beribadah umat muslim merupakan keputusan yang "menjijikkan" untuknya.
"Kemarahan, kebencian, kesedihan, dan rasa penghinaan yang dalam terutama terjadi di Yunani," kata Voridis dikutip Greek City Times melalui Kompas.com, Minggu (12/7/2020).
Baca Juga: Turki Tetapkan Hagia Sophia Jadi Masjid, AS Mengaku Kecewa
Voridis juga menekankan bahwa sesungguhnya Hagia Sophia bukan hanya bagunan bersejarah dan kebudayaan.
"Hagia Sophia tidak sekadar bangunan kebudayaan, sekaligus simbol bagi Kekristenan dan Ortodox," lanjut sang menteri.
Menurut Voridis, Yunani tidak main-main terhadap kritikan yang dikirimkan kepada pemerintah Turki.
Bahkan Yunani mengatakan akan mengubah "simbol paling ekstrem" di Negara Turki.
Baca Juga: Setelah Tutup Gambar Yesus, Hagia Sophia Kembali Diubah menjadi Masjid
Sasaran utama Yunani saat ini adalah mengubah rumah kelahiran Mustafa Kemal Ataturk di Thessaloniki sebagai museum genosida.
Dia kemudian menyatakan bahwa dunia seharusnya menyadari Turki menjadi ancaman stabilitas dunia, dengan Barat harus memberi pesan tegas.
"Kita harus menegaskan bahwa Erdogan benar-benar tak terkendali dan negara Barat akan segera menghadapinya," jelas Voridis.