Seorang warga asal Sendaren, Sugiyo (67), menceritakan, konon nama "bajingan" berasal dari kata bajing atau hewan tupai yang sering mencuri air nira kelapa (badeg) saat masih di pohonnya.
"Badeg-nya sedikit karena dicuri bajing, jadi kami hanya dapat sisanya saja, kami sebut dengan bajingan. Singkongnya yang dimasak pakai air nira sisa bajing itu juga dibilang bajingan," ungkap Sugiyo menggunakan bahasa Jawa dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/7/2020).
Untuk cara pembuatan Bajingan versi desa Sendaren sendiri sangatlah mudah.
Air nira direbus sebelum kemudian jadi gula jawa. Saat nira mulai mendidih, singkong dimasukkan beberapa saat sampai air nira meresap. Setelah itu baru diangkat dan disantap sebagai sarapan.
Baca Juga: Kekasih Yodi Prabowo Jadi Sorotan karena Gerak Gerik Mencurigakan saat Hendak Olah TKP
Beberapa hal yang menjadi catatan warga desa Sendaren mengenai Bajingan adalah mengenai kepopuleran.
Dulu Bajingan adalah makanan yang penuh kenikmatan dan dikenal orang-orang,
Namun sayangnya kini Bajingan kalah dengan kudapan menu kekinian lainnya.
Mengatasi hal tersebut Warga Sendaren yang sekaligus petani penderes nira kelapa, mulai memutar otak.
Salah satu warga yang berperan dalam memperkenalkan kembali Bajingan adalah Agus.
Baca Juga: Terbangun Jam 3 Pagi dan Seolah Diganggu Jin? Ternyata Ini Penjelasan Ilmiahnya
Dia menghadirkan kembali bajingan yang dikemas dalam satu paket wisata edukasi.
Bajingan menjadi salah satu daya tarik dan sajian khas di sela-sela edukasi pembuatan gula jawa.
Tak hanya bajingan, dalam paket @gubugkopiborobudur milik Agus, juga ada berbagai kudapan variasi gula jawa, antara lain kluwo, kolak, ndolo, lemet dan sebagainya.
Sajian andalannya adalah kopi dan teh gula jawa klethus (kunyah).