Sonora.ID – Korea Selatan mencatat resesi teknis pertamanya sejak tahun 2003 pada kuartal bulan Juni atau kuartal II tahun ini.
Hal ini disebabkan karena adanya penurunan paling dalam selama dua dekade dari sisi ekspor akibat dari pembatasan aktivitas selama pandemi Covid-19.
Mengutip Kontan.co.id yang melansir Reuters, bank sentral Korsel mengatakan, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel mengalami penurunan sebesar 3,3% yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juni.
Baca Juga: Istri Kim Jong Un Dihina Kata-kata Kotor oleh Korsel, Korut Murka
Sebagai perbandingan, pada kuartal sebelumnya PDB Korsel menurun 1,3%. Kontraksi tersebut jauh lebih buruk daripada kontraksi 2,3% yang terlihat dalam jajak pendapat Reuters.
Ekspor barang dan jasa dari Korsel ini anjlok sebesar 16,6%, atau bisa dibilang angka terburuk sejak kuartal terakhir pada 1963. Ini hampir 40% dari PDB nominal negara tahun lalu.
Sedangkan konsumsi swasta, yang menghasilkan hampir setengah dari PDB negara itu, bagaimanapun, naik 1,4% berdasarkan basis kuartal-ke-kuartal, naik dari penurunan 6,5% pada kuartal Maret.
Baca Juga: Produktivitas Pekerja Indonesia Terendah Dibanding Negara Serumpun
Dari tahun sebelumnya, ekonomi Korsel menyusut 2,9% pada periode April-Juni, secara tajam membalikkan ekspansi 1,4% yang terlihat pada tiga bulan sebelumnya.
Menteri Keuangan Korsel Hong Nam-ki mengatakan ekonomi kemungkinan baru akan pulih di kuartal ketiga.
"Adalah mungkin bagi kita untuk melihat rebound seperti Cina pada kuartal ketiga ketika pandemi melambat dan aktivitas produksi di luar negeri, sekolah dan rumah sakit berlanjut," kata Hong.
Pemerintah Korsel telah meluncurkan sekitar 277 triliun won (US$ 231 miliar) sebagai stimulus untuk mengatasi dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Baca Juga: Waspada Konsumsi Jamur Enoki Korsel yang Tercemar Bakteri Listeria