Gejala lain yang sering dialami penderita sindrom patah hati antara lain detak jantung tidak teratur, tekanan darah rendah, dan hilangnya kesadaran.
Menurut para ahli, sindrom ini terjadi karena reaksi seseorang terhadap stress secara fisik dan emosional.
Reaksi-reaksi ini membuat tubuh melepaskan hormon stres yang mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah hingga memicu kontraksi.
Hal ini juga membuat detak jantung menjadi tidak efisien atau tidak teratur. Oleh sebab itu, kondisi ini diberi nama sindrom patah hati.
Baca Juga: Sebuah Penelitian Ungkap Sakit Kepala Bisa Jadi Gejala Virus Corona
Hubungannya dengan Covid-19
Pandemi ini banyak membuat orang menjadi stres dari berbagai aspek.
Mulai dari takut dirinya dan orang tersayang tertular, kehillangan pekerjaan, masalah ekonomi kian rumi, sulit menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi, isolasi atau karantina diri.
Menurut ahli jantung sekaligus pemimpin riset, Ankur Kalra, faktor-faktor tersebut bisa memicu stres kardiomiopati pada pasien Covid-19.
Hasil riset
Dalam riset ini, peneliti mengamati 1.656 pasien yang mengalami sindrom patah hati akut selama empat periode prapandemi, yakni Maret-April 2018, Januari-Februari 2019, Maret-April 2019 dan Januari-Februari 2020.
Setelah itu, peneliti membandingkan hasil analisis data dengan temuan yang mereka dapat usai menganalisis 258 pasien yang mengalami kondisi serupa di masa pandemi, yakni pada 1 Maret hingga 30 April 2020.
Baca Juga: Waspada, Ruam di Kulit Dicurigai Jadi Gejala Infeksi Virus Corona