Semarang, Sonora.ID - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang akhirnya buka suara mengenai polemic penutupan jalan kampung.
Kebijakan tersebut merupakan kesepakatan warga dan tidak pernah ada koordinasi dengan Dishub.
Kepala Dishub Kota Semarang Endro P. Martanto mengungkapkan, penutupan jalan di perkampungan ataupun perumahan bukan menjadi ranah kewenangan pihaknya.
“Selama ini penutupan akses jalan kampung tidak dikoordinasikan dengan Dishub. Sebab kebijakan penutupan jalan kampung bukan kewenangan kami. Dishub hanya melakukan penutupan di ruas jalan protokol. Itupun hanya di ruas jalan protokol tertentu,” terangnya, Selasa (21/07/2020).
Baca Juga: Begini Tips Memilih Hewan Kurban yang Layak saat Idul Adha
Menurutnya, keputusan untuk menutup jalan kampung atau wilayah perumahan dengan portal yang diambil oleh warga bertujuan untuk membatasi lalu-lalang warga luar. Sekaligus untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19 lebih luas.
Penutupan jalan kampung maupun perumahan yang bisa menjadi jalan alternatif penghubung antar kelurahan maupun antar kecamatan ini didasari oleh hasil musyawarah warga di lingkungan setempat.
“Dan keputusan untuk tutup jalan ini diambil sesuai dari kesepakatan warga. Tujuan warga baik, yakni untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan membatasi akses lalu Lalang kepada warga lusar di wilayahnya,” tambah Endro.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Pemkot Tomohon Tutup Pasar Tradisional Wilken
Dari pantauan Dishub, sudah ada beberapa wilayah yang jalan kampungnya mulai dibuka kembali.
Sehingga akses untuk keluar masuk warga sudah kembali normal.
“Meski ada jalan kampung yang masih ditutup poral saat ini, kami harap jalan tersebut bisa dibuka sewaktu-waktu jika ada kondisi darurat dari warga di lokasi tersebut,” ujarnya.
Selain di perkampungan, Dishub juga memantau penutupan akses jalan juga diterapkan di wilayah perumahan.
Biasanya beberapa petugas keamanan ditugaskan untuk buka-tutup portal.
“Untuk penutupan jalan alternatif, meski lokasinya berdekatan kampung, itu tidak boleh ditutup. Jika memang diperlukan penutupan jalan tersebut, saya minta harus dikoordinasikan dulu kepada Babinkamtibmas, Babinsa dan pengurus RT/RW setempat,” jelasnya.
Beberapa waktu terakhir banyak warga Semarang yang merasa keberatan dengan masih ditutupnya jalan kampung yang menjadi akses untuk melakukan aktivitas harian.
Baca Juga: Timsus Maleo Polda Sulut Amankan Pemalsu Data SIM Card Ponsel
Seperti jalan alternatif yang jadi penghubung Semarang bawah dan atas di Kawasan Cinde Barat, Kelurahan Jomblang.
Juga jalan kampung di wilayah Kelurahan Barusari yang menjadi akses penghubung Kawasan Kalisari-Semarang Barat.
Sempat viral di media sosial, penutupan jalan di Kampung Barusari V ini akhirnya dibuka kembali oleh pihak pengurus RT/RW setempat.
Salah satu warga daerah Jangli, Rohim (42), mengaku tidak setuju dengan penutupan jalan alternatif yang berdekatan dengan perkampungan di wilayahnya.
Sebab hal tersebut dapat mengganggu warga lain yang biasanya melewati rute tersebut.
“Terutama, saat jam kerja atau waktu sibuk pagi dan sore hari, saya lebih memilih jalan alternatif daripada lewat jalan raya untuk mempersingkat waktu. Harusnya, jalan tersebut bisa segera dibuka agar memudahkan warga yang lewat karena saat ini aktivitas mulai normal kembali, banyak yang mulai bekerja seperti biasa,” ujar Rohim.
Baca Juga: Terungkap Identitas Laki-laki Mencurigakan di Malam Tewasnya Yodi Prabowo