Palembang, Sonora.ID - Pandemi corona belum bisa diprediksi kapan akan berakhir,
Pengamat Pendidikan, Yohanes Agus Taruna kepada Sonora (14/7/2020) mengatakan bahwa kedepan pembelajaran di sekolah tidak akan sama seperti sebelum covid, tetapi akan kearah blended learning.
“Berbicara new normal tidak hanya sebatas normal yang baru, tapi lebih kepada kebiasaan yang baru. Pola makan, hidup sehat, bekerja, belajar dengan kebiasaan kebiasaan baru yang muncul di era Covid-19, itulah artinya bersahabat dengan Covid,” ujarnya.
Baca Juga: Wali Kota Positif Covid-19, Pemko Banjarbaru Berlakukan WFH Serta Jalankan Tracing dan Testing
Ia menambahkan dengan system pembelajaran blended, guru dituntut lebih kreatif, agar murid tidak bosan, pembelajaran experiential juga perlu diterapkan.
“Kalau selama ini hanya belajar mafia ( matematika, fisika dan kimia), menghapal rumus, itu hal – hal yang sudah ketinggalan dan tidak dibutuhkan lagi didunia kerja. Sekarang zaman menuntut pelajaran - pelajaran baru yang sifatnya analitis, anak diajari menganalisa projek, keadaan dan focus pada problem solving,” imbuhnya.
Pihaknya mengatakan bahwa sudah saatnya pembelajaran di Indonesia beralih kepada hal – hal yang bersifat soft skill, bukan hapalan, bila tidak maka SDM kita akan tertinggal.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Izinkan Sekolah Tatap Muka, Pemerhati Pendidikan: Jangan Karena Desakan Orang Tua
Perusahaan perusahaan saat ini tidak lagi mensyaratkan karyawan yang ber IPK tinggi, atau akademis bagus, tapi perusahaan akan memilih karyawan yang memiliki skill tinggi.
“Kementrian pendidikan sedang menciptakan pendidikan vokasi. Kedepan SMA dan SMK akan belajar 4 sampai 4,5 tahun, 1 tahunnya adalah magang, mereka belajar untuk siap kerja,” pukasnya.
Selama ini pendidikan kita mengajarkan bagaimana mengerjakan soal bukan menguasai atau mengerti pembelajaran, anak diciptakan jadi juara kelas bukan juara kehidupan.
Baca Juga: Pendidikan di Era Baru, Belajar Daring Lebih Relevan Dengan Pendidikan Tinggi?
Setelah terjun ke dunia kerja banyak pelajaran yang dipelajari disekolah ternyata tidak terpakai di dunia kerja.
Ia menambahakan bahwa sistem pendidikan experiential akan merangsang anak untuk mandiri, dengan kemandirian akan menciptakan banyak wirausahawan.
“Di masa pandemi seperti sekarang, lapangan pekerjaan akan semakin sulit, solusinya entrepreneur, akan meciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.
Baca Juga: Dipengaruhi oleh Ekonomi, Pendidikan, dan Usia, Indonesia Jadi Negara Paling Religius di Dunia