Sonora.ID - NU dan Muhammadiyah, serta PGRI sebelumnya beramai-ramai keluar dari program yang telah dibuat oleh Kemendibud.
Dua organisasi besar penggerak Kemendikbud tersebut keluar lantaran Nadiem Makamrim ingin memberikan dana hibah pada Program Organisasi Penggerak (POP).
Adapun PGRI mundur dengan alasan Kemendikbud seharusnya lebih memperhatikan organisasi masyarakat yang berbasis pendidikan.
Baca Juga: BREAKING NEWS! Djoko Tjandra Berhasil Ditangkap Usai Buron Selama 11 Tahun
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kemudian merespon tindakan keluarnya NU, Muhammadiyah dan PGRI.
Bahkan Nadiem Makarim sampai melayangkan permintaan maaf lantaran membuat gebrakan baru yang dirasa membuat beberapa organisasi merasa tak nyaman.
"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang timbul dan berharap agar ketiga organisasi besar ini bersedia terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program, yang kami sadari betul masih jauh dari sempurna," ujar Mendikbud, seperti dilansir laman Kemendikbud, Selasa (28/7/2020).
Baca Juga: Pemkab Muba Qurban 30 Ekor Sapi, Bupati Dodi Serahkan Langsung ke Warga
Sayangnya meski permintaanb maaf telah dilayangkan, dua organisasi penggerak Kemendikbud tetap menolak untuk kembali.
Namun, jika pihak Nadiem Makarim mepertimbangkan dua permintaan dan syarat dari kedua organisasi tersebut maka keduanya dapat kembali ke Kemendikbud.
Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU Arifin Junaidi menegaskan, lembaganya tidak akan kembali bergabung dalam POP meski Mendikbud Nadiem Makarim sudah meminta maaf.
"Tidak (enggan bergabung kembali)," kata Arifin saat dihubungi, Rabu (29/7/2020).
Menurut Arifin, ada dua alasan lembaganya tidak mau bergabung kembali ke POP. Alasan pertama karena Nadiem belum menghapus nama Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation.
Sedangkan alasan kedua, NU tidak dimasukkan dalam daftar penerima.
"Kalau pemikiran di atas diikuti kenapa Muslimat NU, Aisyiyah, Pergunu, dan FGM tidak dimasukkan ke dalam daftar, kan organisasi itu juga menjalankan program penggerak dengan dana sendiri?" ujar dia.
Arifin juga mengatakan bahwa Nadiem mengaku akan mengevaluasi penerima dana hibah POP. Namun, lanjut dia, organsasi yang telah dinyatakan berhak menerima justru masih melakukan tahapan POP.
"Evaluasi membutuhkan waktu, ini berakibat waktu pelaksanaan POP semakin sedikit," ucap Arifin.
Baca Juga: SKK Migas Kembali Lanjutkan Penandatanganan Perjanjian Penyesuaian Harga Gas Bumi
Selain LP Ma'arif NU, Muhammadiyah juga enggan kembali bergabung dalam POP. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Kerjasama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Kasiyarno, saat dihubungi wartawan, Rabu (29/7/2020).
Ia mengatakan, walaupun Mendikbud Nadiem Makarim sudah meminta maaf, tetapi Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk tidak ikut.
"Statement-nya (Nadiem) ada yang membuat kami ragu, seperti bagi Organisasi Penggerak (OP) yang sudah diputuskan, dinyatakan lulus dalam pemberitahuan hasil evaluasi proposal. Ini maksudnya apa? Apakah tetap memberi harapan kepada semua OP yang dinyatakan lulus," kata dia.
Ia mempertanyakan apakah OP yang dinyatakan lulus tersebut tetap akan mendapatkan dana atau tidak. Baca berikutnya
Baca Juga: 18 Tahun Merdeka, Kondisi Perekonomian Timor Leste Semakin Merosot