"Ada teori lain yang mengatakan bahwa seseorang mungkin mengalami kurangnya kontak seksual sehingga mencari pemuasan dengan cara yang lain," katanya.
"Ada juga teori yang mengatakan, pada laki- yang mengalami fetishism terjadi keraguan tentang maskulinitasnya atau ada rasa takut adanya penolakan. Sehingga ia menggunakan objek yang tidak hidup untuk memberinya kepuasan seksual," imbuhnya
Dengan demikian, fetishism ini bisa berlangsung mulai dari anak-anak hingga masa pubertas.
Penyimpangan seksual menurut Alvina, lebih didominasi oleh pria dibanding wanita.
Baca Juga: Viral Predator Seks Berkedok Kain, Korban Dibungkus Jarik untuk Puaskan Pelaku
Alvina mengatakan, fetishism belum tentu gangguan jiwa sepanjang tidak menimbulkan distres yang bermakna dan gangguan fungsi seperti merasa terganggu atau menderita kondisinya.
"Saat menjadi gangguan, diagnosisnya menjadi gangguan fetihistik," kata Alvina.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan orang-orang yang memiliki gangguan fetihisthik menunjukan gejala utama yang sangat tampak.
"Seseorang harus memiliki fantasi, dorongan atau perilaku seksual yang intens dan berulang yang melibatkan objek yang tidak hidup atau bagian dari tubuh manusia nongenital," ungkapnya.
Fantasi hingga dorongan untuk melakukan perilaku seks ini berlangsung sekitar 6 bulan dan menyebabkan distres atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan personal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai Gilang Bungkus, Kenapa Bisa Nafsu Lihat Pocong Jarik?"