Sonora.ID - Ekonom Senior Indef, Didik J. Rachbini mengatakan, terdapat peluang-peluang yang hilang yang tidak dimanfaatkan pemerintah.
Walau memang hampir seluruh sektor mengalami kontraksi, namun krisis ini dapat menciptakan peluang untuk beberapa sektor yang salah satunya adalah sektor informasi dan komunikasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, jika dilihat secara kuartal per kuartal, sektor informasi dan komunikasi tumbuh positif 3,44 persen.
Baca Juga: Daya Beli Menurun, Jokowi Beri Utang Tanpa Bunga untuk Rumah Tangga
Namun, Didik menilai bahwa seharusnya sektor infokom berpeluang untuk dapat tumbuh dua digit.
Didik melihat, hilangnya peluang pertumbuhan sektor infokom ini dikarenakan kurangnya inovasi dari pemerintah dalam hal ini kementerian komunikasi dan informatika.
"Tidak seperti sekarang. Sekarang ini berarti menterinya itu nganggur, tidak mikir tidak memiliki daya inovasi, diem menunggu, enggak melakukan apa-apa," ungkapnya.
Baca Juga: Pilkada Diundur hingga 9 Desember 2020, Bawaslu Balikpapan Minta Bantuan Media
Didik menyarankan agar pemerintah memanfaatkan palapa ring yang memang sudah siap, dan menyebarkan tiang tiang listrik ke seluruh Indonesia, serta memberikan secara gratis atau memberikan potongan harga sewa tiang listrik.
Lebih lanjut didik juga mengatakan bahwa, revolusi tiang listrik ini bukan sesuatu hal yang sulit dilakukan.
Pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengaliri fiber optic.
Baca Juga: INDEF: Potensi Ekonomi Kurban 2020 Diprediksi Mengalami Penurunan
"Saya memberikan saran kepada pemerintah, infokom ini gampang, palapa ring sudah siap. Dan itu di support perusahaan-perusahaan IT, itu sudah siap dan disebarkan seluruh Indonesia dengan menggunakan tiang-tiang listrik. Itulah yang disebut revolusi tiang listrik," sambungnya menjelaskan.
Didik memandang jika masih babyak daerah yang tidak mendapatkan listrik, hal tersebut mutlak karena ketidakmampuan pemerintah dalam kebijakan informasi dan komunikasi.
Baca Juga: INDEF: Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan Ii Minus 3,8%