Solo, Sonora.ID – Pelaku pengeroyokan terhadap Habib Umar Assegaf yang diketahui dilakukan oleh oknum dua ormas di Solo, akhirnya ditangkap polisi.
Diketahui kejadian pengeroyokan terhadap Habib Umar Assegaf, kerabat, serta polisi ini terjadi di acara midodareni di sebuah rumah kawasan Metrodanan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (8/8/2020) malam.
Kapolresta Solo Kombes Pol Andy Rifai menjelaskan penangkapan baru dilakukan selang sehari lantaran saat itu kepolisian fokus menyelamatkan korban.
"Kita pada waktu itu fokus menyelematkan para korban," jelas Andy yang dikutip dari TribunSolo.com, Senin (10/8/2020).
Baca Juga: Siapa Sosok Habib Umar Assegaf yang Diduga Melanggar PSBB di Tol Satelit Surabaya?
Penyerangan yang dilakukan oleh 2 ormas tersebut menyebabkan 3 orang luka-luka dan sebanyak 5 kendaraan rusak.
Namun kini polisi membeberkan jika pelaku sudah ditangkap. Setidak ada dua orang pelaku yang berhasil ditangkap pasca kejadian itu.
Andy menyampaikan dua orang itu berinisial BD dan HB.
"Setelah kejadian, kami dari jajaran Polres di-backup Polda Jawa Tengah dan Mabes Polri pun bertindak cepat," kata Andy.
Baca Juga: Habib Bahar bin Smith Dipindahkan ke Nusakambangan
"Kurang dari 1x24 jam kami berhasil mengamankan dua orang yang diduga saat terjadi pengeroyokan dan pengerusakan ada di lokasi kejadian," lanjutnya.
Menurutnya, pelaku masing-masing berasal dari wilayah dalam dan luar Kota Solo, dan penangkapan dilakukan kemarin sore di wilayah Solo.
Peran dan motif kedua pelaku tersebut masih didalami oleh pihak kepolisian.
"Masih kita kembangkan, kita sudah mengantongi nama-nama yang diduga melakukan tindakan tersebut," ujar dia.
"Ada beberapa yang sudah kita identifikasi, kita kasih kesempatan menyerahkan diri atau kita tangkap dengan cara kita," tegasnya.
Andy mengungkapkan terduga pelaku diketahui setelah pihaknya memeriksa sejumlah saksi yang melihat kejadian.
"Sudah memeriksa 9 saksi yang melihat, kemudian kami sudah kembangkan dan identifikasi pelaku-pelaku lain yang diduga melakukan pada hari kejadian tersebut," tandasnya.
Baca Juga: Remaja Peretas Situs Nasa Dikeroyok, Kapolsek: Pengeroyokan Putra Tak Berkaitan dengan Peretasan
Kronologi kejadian
Perwakilan keluarga Assegaf bin Jufri, Memed menyampaikan, pihaknya saat itu tengah menjalani prosesi midodareni untuk adik perempuannya.
"Tanggal 8 diselenggarakan acara doa bersama, midodareni untuk kelancaran kegiatan akad nikah yang akan dilangsungkan keesokan harinya," terang Memed kepada TribunSolo.com di Polresta Solo, Senin (10/8/2020).
Prosesi midodareni, lanjut Memed, berlangsung khidmat dan selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setelahnya, acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama keluarga.
Baca Juga: Beredar Kabar Penusukan Suporter Timnas, Ini Klarifikasi KBRI Kuala Lumpur
"Pada saat kegiatan makan itu terdengar teriakan-teriakan dari luar, sekilas tidak terlalu keras," kata Memed.
Memed menuturkan pintu rumah kemudian terdengar terketuk selang 10 menit kemudian. Pintu saat itu memang ditutup dengan alasan acara internal keluarga.
Perwakilan keluarga lalu membuka pintu dan mendapati Kapolsek Pasar Kliwon, Adis Dani Garta telah berada di hadapannya.
"Beliau mohon izin masuk ke dalam kami persilahkan dan kemudian beliau minta keterangan perihal kegiatan apa yang tadi berlangsung," urai Memed.
"Setelah mendengar penjelasan kami bapak Kapolsek mohon diri menyampaikan kepada pihak yang ada di luar," tambahnya.
Tak berselang lama, Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rifai juga mengetuk pintu dan melakukan hal serupa dengan Adis.
"Yang teriak makin banyak dan makin keras kurang lebih 15 sampai 30 menit kemudian pintu gerbang diketok kemudian ada arahan dari bapak Kapolres," ujar Memed.
"Untuk tamu-tamu yang hadir di rumah keluarga ini dipersilahkan untuk meninggalkan area atas permintaan pihak-pihak di luar," imbuhnya.
Baca Juga: Baru Bebas, Habib Bahar bin Smith Ditangkap Lagi Akibat Langgar PSBB
Pihak keluarga, tutur Memed, berharap ada jaminan keamanan bila harus ada yang keluar serta meminta massa yang berada di luar rumah untuk segera membubarkan diri.
Terlebih lagi, mereka juga hendak memenuhi undangan keluarga mempelai laki-laki. Memed menuturkan mereka juga tidak ingin kejadian di medio 2018/2019 terulang kembali.
Sayang, massa diluar enggan mengabulkan permintaan pihak keluarga dan kekeh bertahan meminta mereka keluar.
"Itu tidak memungkinkan untuk keluar dengan aman," tutur dia.
Memed mengungkapkan pihak keluarga meminta polisi supaya memberikan jarak 50 sampai 100 meter antara mereka dan massa.
Baca Juga: Turun ke Jalan, ARBAL dan 38 Ormas di Banjarmasin Tolak RUU HIP
Permintaan dikabulkan dan sanak keluarga yang memarkirkan mobil di luar kemudian keluar dan bergegas melajukan mobil.
"Mereka hanya mendapatkan intimidasi verbal dan tidak sampai kejadian fisik," ungkap dia.
Massa kemudian mencoba mendekati sanak saudara saat mobil CRV dari dalam rumah keluar.
Pemecahan kaca mobil terjadi, orang-orang yang di dalam coba menahan diri dan kembali masuk ke rumah sembari meminta pertimbangan Andy.
Pemberian jarak tetap menjadi yang diminta sekali lagi dan polisi mengusahakannya.
Tiga mobil kemudian keluar dengan dibuntuti dua motor yang masing-masing dikendarai Habib Umar Assegaf dan sang adik, Hussein Abdullah.
Baca Juga: Geram, Dilempari Botol dan Dicacian Dewi Tanjung Laporkan Pendukung Anies Ke Mapolda Metro Jaya
Memed mengatakan Hussein lalu menerima pukulan bertubi-tubi dari massa dan sempat terjatuh.
Hussein sempat berusaha kembali berdiri dan berjalan nahas saat itu dirinya harus mendapat hantaman batu seukuran kurang lebih 20 cm.
"Saat kena hantaman Hussein jatuh tidak bisa berdiri," katanya.
Umar, lanjut Memed, tidak bisa berbuat apa-apa saat sang adik menerima itu semua. Pasalnya, ia juga mendapat perlakuan yang sama saat berboncengan dengan Hadi, putranya.
"Umar dan putranya juga menghadapi pukulan dan tendangan mencoba agak melajukan kendaraan," tutur Memed.
Baca Juga: Kukuhkan Pengurus LPOK, Ketua PBNU Tekankan Solidaritas Antarumat
"Di situ tetap dirangsek oleh pihak yang di luar dan kena pukul di dagu sebelah kiri," tambahnya.
Umar terjatuh dan lantas bergegas melindungi anaknya dari massa yang terus memukulinya.
"Beliau menderita pukulan dengan batu, kayu, tangan kosong, dan diinjak kepalanya," kata Memed.
"Posisi Umar terjepit motor yang jatuh kemudian pak umar teriak kaki saya patah," imbuhnya.
Mendengar teriakan Umar, polisi lantas berusaha menghalau massa dan segera membawa ketiganya ke rumah sakit.
Awalnya mereka dirujuk ke rumah sakit islam Kustati sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit Indriarti Solo Baru.
"Selang 3 menit, massa langsung membubarkan diri," tandasnya.