Bali, Sonora.ID - Para pertani garam di pesisir Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung terus mengeluh akibat lahan penggaraman mereka yang tergerus abrasi.
Bahkan ada petani garam yang harus berhenti, karena gubuk dan lahan penggaraman warga sempat hancur dihantam gelombang tinggi.
Seorang petani garam di pesisir Karangdadi Desa Kusamba I Ketut Kaping mengatakan bahwa kondisi abrasi di pesisir Karangdadi Desa Kusambe saat ini sudah sangat parah.
Bahkan Ketut Kaping mengakui bahwa dirinya yang sebelumnya memiliki lahan penggaraman sekitar 13 are, saat ini hanya tersisa 4 are.
Hal ini juga yang membuat dirinya tidak mampu lagi memproduksi garam.
Ketut Kapling menjelaskan jika dulu, pihaknya bisa menghasilkan garam berkualitas bagus sampai 40 kg dengan luasan 13 are.
Namun saat ini, pihaknya mengakui paling banyak hanya mampu memproduksi garam sekitar 7 kg.
Baca Juga: Pemprov Bali Beri Bantuan Stimulus ke 70 Kelompok Wanita Tani, Lewat Program P2L
"Abrasi kian parah. Beberapa waktu lalu, ada ombak tinggi dan ladang sampai gubuk penggaraman petani semua hancur. Sekarang kami baru berbenah. Saya dapat bantuan dari Bupati sebanyak Rp 3 juta. Ternyata belum cukup, dan harus minjam lagi Rp 10 juta," ungkapnya, Selasa (11/8/2020).
Bahkan berdasarkan penuturannya, ada satu keluarga di pesisir Karangdadi Desa Kusamba yang harus berhenti membuat garam karena belum memiliki biaya untuk memperbaiki gubuk penggaramannya setelah hancur diterjang ombak.
Baca Juga: Benahi Kawasan Pesisir, Wagub Sulsel Tanam Mangrove di Takalar
Dijelaskan bahwa Alat-alat penggaraman semuanya hancur, dan membutuh biaya untuk memperbaiki alat-alat yang telah rusak tersebut.
Sehingga Kondisi ini membuat keberadaan petani garam tradisional setempat semakin terancam.
Mereka rentan meninggalkan pekerjaanya sebagai petani garam, padahal saat ini Pemkab Klungkung tengah gencar mengembangkan produk garam beryodium, yang bahan bakunya berasal dari petani garam lokal.
Baca Juga: Gelar Silaturrahmi Ke-5, Aspeksindo Berharap Pemerintah Perhatikan Kawasan Pesisir